Internasinal NGO Forum on Indonesia Development (INFID) melakukan pengukuran penilaian warga mengenai ketimpangan sosial yang terjadi di Indonesia selama kurun waktu 2016-2017. Hasilnya menunjukkan ada kenaikan ketimpangan sosial menurut warga.
Indeks ketimpangan yang diperoleh lebih baik dari tahun sebelumnya. Indeks ketimpangan berubah dari 4,4 menjadi 5,6. Artinya, setiap warga menilai ada 5-6 ranah yang timpang di Indonesia. Indeks ketimpangan di tahun 2017 ini tergolong tinggi.
"Secara keseluruhan, 84% responden dari total sampel 2250 orang mempersepsikan adanya ketimpangan setidaknya pada satu ranah. Bisa dikatakan, 8 dari 10 warga Indonesia mempersepsi adanya ketimpangan," kata Peneliti INFID Bagus Takwin dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (8/2/2018).
Bagus mengatakan peningkatan ketimpangan sosial ini mengindikasikan belum adanya usaha yang signifikan dalam mengatasi ketimpangan di berbagai ranah. Untuk itu, evaluasi terhadap usaha penanganan masalah ketimpangan di Indonesia perlu di lakukan secara sistematis agar dapat dilakukan perbaikan yang tepat sasaran.
Penghasilan dirasakan oleh warga sebagai ranah yang paling timpang dan paling besar peranannya dalam menghasilkan ketimpangan sosial yakni sebesar 71,1%. Ketimpangan penghasilan berdampak pada ketimpangan pada kepemilikan rumah dan harta benda, pendidikan, dan kesehatan.
"Pengaruh ketimpangan penghasilan terhadap ketimpangan sosial keseluruhan paling besar," tambahnya.
Sementara kesempatan mendapatkan pekerjaan merupakan ranah kedua yang dianggap paling timpang atau sebesar 62,6%. Selanjutnya diikuti rumah (61,2%), harta benda (59,4%), kesejahteraan keluarga (56,6%), tingkat pendidikan (54%), kualitas tempat tinggal (52%), keterlibatan dalam politik(48%), hukum (45%), dan kesehatan (42,3%) menjadi faktor yang turut dalam menghasilkan ketimpangan sosial.
Secara wilayah, ketimpangan hampir merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Di Indonesia bagian Timur ketimpangan lebih tinggi dari wilayah lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah