Model bisnis aggregator?memang bukan hal yang baru di Indonesia. Berdasarkan data dari Asosiasi Fintech Indonesia tahun 2018, saat ini terdapat 235 perusahaan fintech?yang 26 di antaranya bergerak di bidang market aggregator.?
Adapun jasa yang ditawarkan oleh banyak perusahaan aggregator ini adalah menghubungkan konsumen (end-user) kepada perusahaan yang memiliki jasa, produk, atau layanan tertentu. Perusahaan aggregator ini kemudian bertugas untuk mengonsolidasi dan menstandardisasi sebelum didistribusikan lewat mekanisme platform digital.
Di tengah arus informasi dan perkembangan teknologi yang kian cepat, perusahaan aggregator bisa menjadi kunci untuk membantu masyarakat menentukan pilihannya terhadap produk, layanan dan jasa yang paling sesuai. Di sisi lain, perusahaan aggregator juga membantu merekatkan banyak aspek dalam ekosistem digital yang mampu bekerja sama dengan ekosistem konvensional, misalnya saja di sektor keuangan.
Meskipun demikian, CEO dan Founder Alami, Dima Djani, melihat adanya risiko dalam model bisnis ini.
"Di dalam ekosistem digital, model bisnis aggregator perlu punya value-add agar dapat memberikan solusi yang optimal bagi nasabah. Jangan sampai end-user atau konsumen menilai keberadaan aggregator justru menambah kerumitan saat mereka ingin mengakses layanan dari penyedia jasa," kata Dima, Rabu (4/7/2018), di Jakarta.?
Menurutnya, hal ini adalah risiko yang perlu dikelola untuk menjaga masa depan bisnis. Oleh karenanya, di Alami?ia selalu berupaya memberikan value added service (VAS) dalam layanannya, misalnya proses credit scoring yang cepat dan transparan, penyampaian informasi yang jelas dan mudah dipahami oleh end-user, serta tampilan platform digital yang tidak ribet.
Hal ini diyakini Alami bisa menjadi solusi untuk memastikan bisnis aggregator tetap potensial di masa depan. Terlebih dengan teknologi yang kian berkembang pesat, tidak menutup kemungkinan untuk para penyedia jasa mengembangkan sendiri kapasitas teknisnya, di mana kebutuhan akan bantuan pihak aggregator menjadi tidak lagi relevan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: