Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Elektabilitas Golkar Turun, Gerindra di Posisi Kedua

        Elektabilitas Golkar Turun, Gerindra di Posisi Kedua Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kasus mantan Ketua DPR, Setya Novanto disebut memengaruhi elektabilitas Partai Golkar. Sebab pernyataan soal Novanto mengalami benjol sebesar bakpao dalam drama kasus korupsi e-KTP telah menurunkan wibawa partai berlambang pohon beringin itu.

        Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfarabie, dalam paparan survei 'Pertarungan Partai Politik di 10 Provinsi Terbesar' menjelaskan, akibat pernyatan soal Novanto mengalami benjol pada perkara korupsi e-KTP, membuat marwah Partai Golkar mengalami penurunan.

        "Golkar terkena 'efek bakpao'. Kasus Setya Novanto yang puncaknya menabrak tiang listrik dan diklaim benjol sebesar bakpao. Kasus tersebut cukup menurunkan wibawa Golkar," jelasnya di Jakarta, Jumat (2/11/2018).

        Survei digelar di 10 provinsi terbesar, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Survei digelar pada 4-14 Oktober 2018. Survei setiap provinsi menggunakan 600 responden. Margin of error setiap provinsi sebesar 4,1 %. Total responden yang diambil dari 10 provinsi tersebut adalah 6.000 responden. Survei juga dilengkapi penelitian kualitatif, dengan metode analisis media, diskusi kelompok terarah, dan wawancara mendalam.

        Dari survei tersebut, kata Adjie, PDIP jadi juara atau menang paling banyak, yakni di 5 provinsi (Sumut, Sumsel, Lampung, DKI, Jateng). Gerindra di tempat kedua dengan memenangi 3 provinsi (Riau, Banten, Jawa Barat). Golkar di posisi ketiga dengan memenangi 1 provinsi saja, yakni Sulawesi Selatan.

        Golkar tak memenangi elektabilitas di 10 provinsi besar karena dinilai tak punya daya dongkrak, seperti PDIP dan Gerindra. Sebagaimana diketahui, PDIP punya Joko Widodo (Jokowi), yang menjadi capres. Partai Gerindra punya Prabowo Subianto, yang juga menjadi capres. Namun Golkar tidak punya, kecuali menjadi pendukung Jokowi.

        "(Selain kena efek benjol bakpao Novanto) Golkar tidak mempunyai calon presiden atau calon wakil presiden," ujarnya.

        Efek capres menjadi efek utama terhadap elektabilitas parpol karena tak ada efek lain yang dahsyat dalam pemilu. Capres adalah jualan utama partai dan partai juga tak punya jualan program, sehingga hanya PDIP dan Gerindra-lah yang paling diuntungkan dalam kondisi ini.

        "PKB menonjol dan juara bersama PDIP di Provinsi Jawa Timur. Namun di provinsi lain, PKB tidak masuk tiga besar," imbuhnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Irfan Mualim
        Editor: Irfan Mualim

        Bagikan Artikel: