Uber diprediksi akan menghimpun dana sebesar US$10 miliar dengan melantai di bursa Amerika Serikat akhir tahun ini. Pemain besar di sektor ride-hailing itu menargetkan harga pada kisaran US$76 miliar hingga US$120 miliar (sekitar Rp1,7 Kuadriliun).
Berdasarkan laporan dari The Information yang dikutip oleh Tech Crunch (8/1/2019), kapitalisasi awal Uber bernilai US$90 miliar. Situs itu juga menganalisis dokumen Uber yang tak diungkapkan pada 2017.
"Uber diprediksi akan menggandakan pendapatan bersih hingga US$14,2 miliar pada 2019 ini," begitulah hasil analisis tersebut.
Pihak Uber menolak memberikan tanggapan mengenai hasil analisis informasi itu.
Diam-diam, Uber mengajukan IPO pada bulan lalu, menandai perlombaan ke pasar saham dengan kompetitornya di Amerika Serikat, Lyft, yang melakukan hal serupa beberapa jam sebelumnya.
Didirikan pada 2009 oleh Travis Kalanick, Uber telah menghasilkan sekitar US$20 miliar dalam kombinasi pendanaan utang dan ekuitas. Pemegang saham terbesar Uber adalah SoftBank, diikuti dengan Toyota, T. Rowe Price, Fidelity, TPG Growth, dan lainnya.
Mengenai target perusahaan untuk raih valuasi hingga US$120 miliar, sepertinya hal itu sulit diraih mengingat keadaan perusahaan yang tak menguntungkan saat ini. Bahkan, Uber masih 'membakar uang' hingga sekarang.
IPO yang besar akan membuat investor senang. Contohnya, First Round Capital yang mengunggulkan Uber dengan US$1,6 juta pada 2 putaran pendanaan pertama perusahaan pada 2010 dan 2011. Pada valuasi US$120 miliar, saham pada putaran pertama akan bernilai sekitar US$5 miliar. Namun, modal ventura itu menjual sebagian saham kepada SoftBank bersama Benchmark. Bila hal itu tidak dilakukan, First Round Capital akan memiliki saham senilai sekitar US$14 miliar.
Investor lain Uber bernama Bradley Tusk yang menandatangani kontrak pada 2011 lalu, memiliki saham yang dikabarkan bernilai US$100 juta. Melansir TechCrunch, ia juga menyerahkan 42% dari ekuitasnya dalam pwnjualan sekunder ke SoftBank beberapa waktu lalu.
"Setiap investasi di Uber itu seperti taruhan jangka panjang, mirip dengan orang-orang yang berinvestasi di Amazon pada awal perusahaan itu berdiri. Satubhal yanh dilakukan dengan baik oleh CEO Uber Dara Khosrowshahi, yakni memperluas Uber menjadi perusahaan mobilitas, bukan hanya perusahaan ride-hailing," jelas Tusk.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: