Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kapal Ternak Tekan Risiko Penyusutan Bobot Sapi Hingga 9%

        Kapal Ternak Tekan Risiko Penyusutan Bobot Sapi Hingga 9% Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengklaim bahwa sejak adanya trayek angkutan kapal khusus ternak dari program tol laut telah berdampak pada penurunan risiko penyusutan bobot sapi hingga menjadi 9%.

        Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHNak) Kementan, Fini Murfiani mengatakan, sebelum ada kapal khusus ternak, banyak terjadi kasus penyusutan bobot sapi selama perjalanan laut.

        Fini mengungkapkan, sebelumnya saat pengiriman sapi dari NTT ke Jakarta terjadi penyusutan bobot sapi, bahkan hingga 15-20%. Namun, setelah ada kapal khusus ternak, penyusutan maksimal hanya 9%.

        "Itu sebabnya kenapa ternak terutama sapi harus diangkut dengan pelayaran khusus agar tidak stres," kata Fini dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/2/2019).

        Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kapal ternak merupakan salah satu instrumen untuk mengetahui suplai dalam negeri dari daerah produsen ke wilayah konsumen.

        "Pengaruh positifnya, terutama sebagai salah satu komponen mendukung ketersediaan pangan protein hewani," ujarnya.

        Baca Juga: Petani Bantah Jadikan Benih Jagung Bantuan untuk Pakan Ternak

        Baca Juga: Harga Pakan Ternak Belum Turun Walau Rupiah Mulai Menguat

        Dia memaparkan, manfaat penggunaan kapal ternak, di antaranya kepastian jadwal pelayaran karena dapat diproyeksikan. Hal ini berperan sebagai sistem monitoring ketersediaan dan tata niaga, sehingga dapat dijadikan salah satu dasar dalam penentuan kebutuhan impor.

        "Keberadaan kapal ternak menjadi bagian dari upaya animal welfare karena di kapal khusus itu, sapi-sapi bisa duduk, nyaman, tenang, dan kondisi itu sangat memengaruhi kualitas daging dan ototnya nanti tidak menjadi keras," ucap Fini.

        Dengan begitu, lanjutnya, peternak sebagai produsen sapi bisa merasakan harga jual sapi yang layak dan konsumen di Jakarta pun bisa merasakan daging sapi yang berkualitas dan harga yang juga tidak terlalu tinggi.

        Menurut Fini, keberadaan kapal ternak, yakni KM Camara Nusantara 1-6, juga dinilai bermanfaat karena pemerintah bisa mengetahui angka suplai sapi ternak dalam negeri.

        "Kalau kita tahu data suplai dalam negeri, nanti kita juga akan tahu, berapa sih impor sapi yang dibutuhkan," imbuhnya.

        Fini menyampaikan, pada 2018 loading factor 6 unit kapal ternak telah mencapai 88%, dengan jumlah ternak yang diangkut 30.803 ekor dari 78 pelayaran. Adapun konektivitas trayek angkutan ternak tahun ini ada enam rute, yakni KM Camara Nusantara 1 oleh PT Pelni (Kupang-Waingapu-Tanjung Priok-Cirebon-Kupang), KM Camara Nusantara 2 oleh PT ASDP (Kupang-Wini-Atapupu-Tanjung Priok-Kupang), KM Camara Nusantara 3 oleh PT Pelni (Kupang-Waingapu-Tanjung Priok-Cirebon-Surabaya-Dumai-Cirebon-Kupang).

        Selanjutnya KM Camara Nusantara 6 oleh PT Subsea (Bima-Badas-Parepare-Palu-Balikpapan/Samarinda-Bima), dan rute yang terakhir KM Camara Nusantara 5 oleh PT ASDP (Celukan Bawang-Tanjung Priok-Kupang-Wini-Atapupu-Samarinda-Celukan Bawang).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: