Analisis ADB: Permintaan Domestik Jaga Ekonomi Indonesia Tetap Kuat Hingga 2020
Laporan terbaru Asian Development Outlook (ADO) 2019 menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia akan terus berkembang pada 2019 dan 2020 berkat kuatnya permintaan domestik.
Publikasi ekonomi tahunan dari Asian Development Bank (ADB) ini?memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2% tahun ini dan 5,3% pada 2020.
Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein memaparkan, "Didukung oleh manajemen makroekonomi yang solid dan permintaan domestik yang kuat, momentum pertumbuhan Indonesia diharapkan akan berlanjut secara sehat."
"Untuk makin mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif, diperlukan fokus yang berkesinambungan pada peningkatan daya saing, pengembangan sumber daya manusia, dan penguatan ketangguhan," imbuhnya melalui rilis yang diterima redaksi Warta Ekonomi, Kamis (4/4/2019).
Baca Juga: Empat Tahun Terakhir Ekonomi Indonesia Membaik Kok!
ADO mengulas bahwa investasi domestik yang kuat dan konsumsi domestik yang baik mampu mengimbangi pertumbuhan ekspor yang lebih lemah pada 2018 sehingga memungkinkan perekonomian tumbuh 5,2%. Investasi yang kuat didorong terutama oleh proyek infrastruktur publik di bidang transportasi dan energi. Pertumbuhan sektor industri terakselerasi seiring meningkatnya keluaran (output) dari pertambangan dan ekspor, seperti pakaian jadi dan alas kaki juga menguat.
Masih menurut ADO, pertumbuhan pada tahun ini dan tahun depan kemungkinan akan terjadi di berbagai sektor. Sejumlah proyek infrastruktur publik utama, baik yang sudah selesai maupun dalam tahap penuntasan, memberikan pondasi yang kuat bagi peningkatan investasi swasta. Perbaikan terhadap iklim investasi seperti perampingan administrasi pajak dan penyederhanaan perizinan usaha diyakini akan makin mendukung sentimen positif investor.
Sementara itu, permintaan domestik diyakini akan akan tetap kuat dalam jangka pendek karena meningkatnya lapangan kerja di sektor formal dan diperluasnya program bantuan sosial pemerintah. Inflasi kemungkinan akan tetap rendah dan stabil sebesar 3,2% tahun ini dan 3,3% pada 2020 sehingga membantu menjaga momentum pertumbuhan belanja swasta.
Kuatnya permintaan domestik mendorong impor barang tahun lalu, sedangkan pertumbuhan ekspor barang melambat. Peningkatan ekspor jasa bersih dari kenaikan pendapatan pariwisata dan remitansi mampu sebagian mengimbangi turunnya neraca perdagangan sehingga menjadikan defisit transaksi berjalan sebesar 3,0% dari produk domestik bruto (PDB) tahun lalu.
Baca Juga: Defisit Neraca Dagang Januari 2019 Terbesar Sejak 2014
Defisit transaksi berjalan diperkirakan akan membaik ke 2,7% dari PDB tahun ini dan tahun depan karena pertumbuhan barang impor maupun barang ekspor mengalami perlambatan, sedangkan pemasukan dari pendapatan pariwisata diperkirakan akan terus berlanjut.
Risiko terhadap proyeksi ekonomi Indonesia umumnya disebabkan faktor eksternal yang termasuk meningkatnya ketegangan perdagangan global dan volatilitas pasar keuangan internasional, serta kemungkinan terjadinya kekeringan akibat El Nino.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: