Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Keluar dari Pasar China-Rusia-ASEAN, Uber Makin Moncer!

        Keluar dari Pasar China-Rusia-ASEAN, Uber Makin Moncer! Kredit Foto: Getty Image
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kebijakan Uber Technologies meninggalkan pasar China, Rusia, dan Asia Tenggara bukanlah kegagalan seperti yang banyak orang pikirkan. Itu merupakan langkah dan strategi dari perusahaan yang didirikan Travis Kalanick tersebut.

        Setelah keluar dari pasar, Uber justru menghasilkan miliaran dolar. Pasalnya, bukan hanya sekadar meninggalkan, Uber juga selalu mengambul saham dari kompetitornya. Dengan begitu, biaya untuk berkompetisi tak perlu lagi Uber pikirkan.

        Baca Juga: Uber Segera IPO, Pemegang Saham Akan Dapat Miliaran Dolar

        Melansir dari TechCrunch (15/4/2019), kebijakan yang telah Uber lakukan itu menciptakan kekayaan mencapai US$12,5 miliar atau setara Rp175 triliun. Selain itu, Uber juga mendapatkan keuntungan US$3 miliar atau Rp42 miliar.

        China-US$7,95 miliar

        Uber angkat kaki pertama kali dari China pada 2016. Mereka menjual unit bisnisnya ke Didi Chuxing pada Agustus 2016 dengan saham sebesar 18,8%.

        Pada 2017, nilai saham Didi yang dipegang Uber mencapai US$5,97 miliar, dan pada akhir 2018, naik menjadi US$7,95 miliar.

        Asia Tenggara-US$3,22 miliar

        Maret 2018, Uber meninggalkan pasar Asia Tenggara. Uber menyerahkan unit Asia Tenggara kepada Grab Holdings dan ditukar dengan saham sebesar 30% dengan nilai awal US$2,28 miliar.

        Baca Juga: Uber Bakal Jual $10 Miliar Saham dalam IPO

        Saat ini jumlah saham Uber di Grab sudah berkurang menjadi 23% karena terdilusi dampak dari penggalangan dana Seri-H yang sudah mencapai US$6,5 miliar. Nilai valuasi Grab saat ini sebesar US$14 miliar, itu artinya, Uber memiliki saham sebesar US$3,22 miliar.

        Rusia-US$1,4 miliar

        Selanutnya, Uber mundur dari pasar Rusia dan membentuk perusahaan patungan dengan Yandex.Taxi pada Juli 2017. Uber menyatakan memiliki 38% saham dari perusahaan patungan tersebut, nilainya US$1,4 miliar.

        Baca Juga: Benarkah Uber, Grab, dan Go-Jek Dapat Uang Lebih Sedikit dari yang Terlihat?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Clara Aprilia Sukandar
        Editor: Clara Aprilia Sukandar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: