Usai PHK 2.000 Karyawan, Fintech Dianrong Cari Pendanaan US$100 Juta Agar Tak Gulung Tikar
Perusahaan financial technology (fintech) asal China, Dianrong, terpaksa harus memutuskan hubungan kerja (mem-PHK) 2.000 karyawannya pada Maret 2019 lalu. Hal itu menjadi imbas dari terpukulnya industri fntech P2P di Negeri Tirai Bambu.?
Melansir dari Kr-asia.com, industri fintech di China hancur berkeping-keping setelah munculnya regulasi pemerintah untuk memerangi industri yang dianggap sebagai gudang penipuan tersebut. Setidaknya, 50% perusahaan fintech harus gulung tikar.?
Baca Juga: Bukan Jebakan Batman, Ini Jebakan Pinjaman 'Rentenir' Online
Dianrong menjadi salah satu yang mampu bertahan, meskipun harus dihadapkan dengan berbagai kesulitan. Pasalnya, bukan hanya PHK karyawan, Dianrong juga telah menutup 60 dari 90 toko bata dan mortir miliknya.
Namun, itu bukanlah akhir dari kesulitan yang ia hadapi. Dianrong mengatakan kekurangan yang dan harus melikuidasi asetnya. Bahkan, gaji beberapa staf di tingkat manajemen? belum mampu dibayar selama dua bulan terakhir ini.?
Oleh karena itu, Dianrong tengah mengupayakan untuk mendapat pendanaan senilai US$100 juta dalam waktu dekat ini. Pendanaan itu akan membuat perusahaan yang berbasis di Shanghai ini memenuhi persyaratan modal US$74,5 juta yang diusulkan Beijing untuk ditetapkan bagi para operator nasional.?
Baca Juga: Begini Caranya Agar Tidak Tercekik Pinjaman Online
Untuk meyakinkan investor investor, pendiri Dianrong, yaitu Kevin Guo, baru-baru ini telah menginvestasikan US$10 juta uangnya sendiri ke Dianrong. Adapun selama perpuratan pembiayaan terakhir, fintech ini telah mendapatkan pendanaan lebih dari US$1,2 miliar.
Dianrong berharap pendanaan US$100 juta dapat segera diterima, baik dari investor baru maupun investor yang sudah ada.?
Sebagai informasi, saat ini saham Dianrong dipegang oleh GIC Fund Sovereign Wealth Singapura; perusahaan jasa keuangan yang berbasis di Jepang, Oryx; dan cabang ekuitas swasta Asia dari Standard Chartered; salah satu kantor keluarga Jack Ma, hedge fund Tiger Global; dan Sun Hung Kai yang berbasis di Hong Kong.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih