Teknologi yang ada di zaman sekarang semakin maju dan memudahkan manusia dalam melakukan pekerjaan. Dari banyaknya teknologi canggih saat ini, salah satunya adalah drone.
Meski awalnya digunakan untuk kebutuhan pertahanan, pesawat tanpa awak yang berukuran kecil dan ringan ini sering diandalkan penghobi aerial photography dalam memotret dan merekam objek dari ketinggian. Namun kini penggunaan drone telah jauh berkembang. Hadirnya pesawat tanpa awak tersebut dapat membantu patroli dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Sejak 2014, penggunaan drone telah membantu pengawasan dan penanggulangan potensi kebakaran hutan khususnya di Provinsi Riau.
"Kalau sekarang saat ada hotspot terdeteksi, cukup dipantau pakai drone tanpa harus membawa banyak alat ke sana sehingga proses di lapangan menjadi lebih lancar dan efisien," ujar Dwi Setiadi Firmansyah, Drone Hardware Development Coordinator (remote sensing team) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
Baca Juga: Tongkat Estafet Karyawan Second Generation RAPP
Unit usaha APRIL Group tersebut menggunakan drone untuk menginventarisir data hutan tanaman industri (HTI) serta membantu patroli tim pemantauan titik panas (hotspot monitoring) dalam mencegah terjadinya karhutla di sekitar wilayah operasional.
Dwi memaparkan bahwa dengan penggunaan drone telah memudahkan departemen Fire & Aviation saat mendeteksi potensi hotspot yang terlacak dari satelit secara real time dan presisi. "Dulu, tim harus memanjat menara api dan membawa banyak peralatan ke lokasi hotspot untuk memastikan tidak adanya asap di daerah operasional," lanjut Dwi.
Hasil dari potret areal yang dipakai oleh drone memiliki kelebihan dari citra satelit yang umum digunakan. Dengan kemampuan drone terbang rendah di bawah awan maka distorsi gambar akibat tutupan awan dapat dihindarkan. Selain itu, data yang didapat merupakan real time data sehingga tim dapat melakukan tindakan secara langsung apabila ditemukan adanya permasalahan saat patroli.
Dengan kecanggihan yang ditawarkan drone tersebut, Dwi mengatakan perusahaan bisa memiliki data yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan drone tipe quadcopter, tim mendapatkan potret wilayah suatu subjek secara detail sedangkan dengan tipe fixed wing umumnya digunakan untuk pemetaan areal pemetaan yang lebih luas. Seluruh data hasil terbang drone tersebut diunggah ke komputer untuk dianalisis oleh tim terkait.
Dwi mengatakan diperlukan pilot drone yang mahir untuk mengemudikan pesawat tak berawak tersebut untuk memaksimalkan hasil pemetaan dan menghindari kondisi tak terduga, seperti kecelakaan kerja dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dia mengatakan perusahaan rutin menyelenggarakan pelatihan dan refreshment secara berkala kepada pilot drone dari setiap estate di RAPP.
Baca Juga: Memupuk Life Skill di Sekolah Alam RAPP
Kemahiran pilot drone, lanjut Dwi, terus akan dipantau setiap enam bulan sekali. "Jadi, selain training untuk mengemudikan, kami melakukan evaluasi ulang setiap enam bulan sekali atau tergantung kebutuhan tim."
Saat ini, perusahaan memiliki 80 drone yang berfungsi aktif untuk memantau kondisi tanaman, membantu patroli tim pemantauan hotspot, keperluan riset kesehatan tanaman dan juga kegiatan inspeksi di pabrik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: