Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pertumbuhan Realisasi Investasi Asing Cuma 3%, Indonesia Tetap Tambah Impor?

        Pertumbuhan Realisasi Investasi Asing Cuma 3%, Indonesia Tetap Tambah Impor? Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Lembaga riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai paket kebijakan ekonomi yang mayoritas disusun guna menarik investasi asing ke tanah air tidak diikuti oleh peningkatan realisasi investasi asing.

        Pertumbuhan realisasi investasi 2015-2018 hanya 3% (akhir periode tak dihitung), jauh dari angka pertumbuhan 2 periode sebelumnya (2010) hingga 2013 dan 2005 hingga 2008 (karena 2019 tidak dihitung, maka 2014 dan 2009 juga tidak dihitung).

        "Padahal (realisasi investasi asing) periode sebelumnya 2010-2013 tumbuh 76%, 2005-2008 tumbuh 95%," sebut Peneliti Indef, Ariyo Irhamna pada keterangan yang Warta Ekonomi terima, Senin (5/8/2019).

        Baca Juga: Kapasitas Lokal Belum Penuhi Standar, Impor Garam Sulit Dikurangi

        Di satu sisi, investasi yang masuk ke Indonesia didominasi oleh perusahaan yang mencari pasar (market-seeking) dan sumber daya (resource-seeking) karena jumlah populasi dan ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang menjanjikan.

        Ariyo pun mengatakan, "(Itu) juga didorong oleh cara pemerintah (BKPM) melakukan promosi investasi yang mempromosikan Indonesia sebagai negara dengan populasi yang banyak dan ketersediaan SDA."

        Praktik investasinya pun lebih mengarah kepada membuka toko di dalam negeri, bukan melakukan produksi dan ekspor. Karena itulah, investasi asing yang masuk justru menambah barang impor.

        Baca Juga: Impor Besi dan Baja Membludak, Indonesia Mesti Belajar dari Filipina dan Malaysia

        "Contoh jenis investasi tersebut ialah investasi asing di startup. Sayangnya tren perkembangan startup di Indonesia tidak direspon oleh pemerintah dengan tepat sehingga banyak platform e-commerce didominasi oleh barang impor," jelasnya lagi.

        Data Asosiasi E-commerce menunjukkan, kecenderungan 93% barang yang dijual di marketplace merupakan barang impor. Artinya, hanya ada 7% produk lokal di dalamnya.

        Oleh karena itu, Indef menyarankan agar pemerintah menarik efficiency-seeking investor untuk membangun jaringan produksi industri yang berfokus pada ekspor. Dengan begitu, kualitas investasi akan berdampak tak hanya terhadap penyerapan tenaga kerja, tetapi juga pertumbuhan industri dan kinerja ekspor.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Kumairoh

        Bagikan Artikel: