Mobile Marketing Association (MMA) di Indonesia mengumumkan peluncuran laporan Ad-Fraud Brand Safety & Viewability Whitepaper di Jakarta, Kamis (8/8/2019). Laporan tersebut menginformasikan mengenai penipuan iklan atau ad-fraud dan cara mengatasinya.
Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani mengatakan, berdasarkan survei pada kuartal satu tahun ini, diketahui bahwa di Indonesia sekitar 33% pemasar masih rendah pengertiannya terhadap tingkat penipuan periklanan untuk pembelanjaan iklan mereka.
Shanti mengatakan, pengetahuan tentang sistem monitoring dari cara brand mereka ditayangkan di media dan bagaimana penayangan tersebut diukur masih rendah. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk meningkatkan transparansi dari mitra media mereka.
Baca Juga: Iklan Go-Jek Cari Kebaikan Menangkan Penghargaan Most Loved
"Hal ini menjadi penting bagi masing-masing pemangku kepentingan pada ekosistem ini untuk mengedukasi dan terus berusaha mengatasi isu tersebut," kata Shanti.
Ia mengatakan, sebagai negara terbesar kedua di Asia-Pasifik, Indonesia merupakan target para penipu periklanan karena skala dan volume pembelanjaan iklan yang signifikan. Beberapa industri yang menjadi target adalah para pengguna terbesar dalam pemasaran digital dan seluler. Industri-industri yang ditargetkan ialah e-commerce, teknologi finansial, FMCG, dan sektor game.
Baca Juga: Payah! Iklannya Diblokir, Jual Rokoknya Tidak
"Pengiklan diperkirakan akan kehilangan US$42 miliar dari pengeluaran iklan secara global pada 2019 karena masalah yang berfokus pada penipuan iklan. Di Asia Pasifik sendiri sekitar US$17 juta hilang yang merupakan dampak keseharian dari penipuan iklan," paparnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: