Kredit Foto: Unsplash/Priscilla Du Preez
PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH) menyiapkan serangkaian strategi bisnis menyeluruh untuk menghadapi tantangan regulasi, perubahan kebijakan mitra, serta memanfaatkan peluang pertumbuhan industri periklanan Indonesia pada 2026.
Direktur Utama DOOH, Vicktor Aritonang, menekankan risiko regulasi sebagai tantangan utama perusahaan, terutama karena ketergantungan pada klien BUMN, BUMD, dan kementerian yang anggarannya dapat berubah secara signifikan.
"Resiko terbesarnya tetap regulasi. Jika ada kebijakan terhadap BUMN, BUMD, atau kementerian, aktivitas implementasi media bisa berubah atau bergeser," ujar Vicktor dalam diskusi Beyond The Screen: Masa Depan Periklanan di Indonesia, Kamis (13/11/2025).
Baca Juga: DOOH Optimistis Pendapatan Melesat di Semester II 2025 Didorong Belanja Iklan Nataru Hingga Ramadan
Ia mencontohkan, awal 2025 anggaran kampanye klien pemerintah sempat dipotong antara 60–72%, dari Rp1 miliar menjadi hanya Rp130 juta.
Untuk memitigasi risiko, DOOH menyiapkan beberapa langkah strategis. Pertama, diversifikasi klien ke sektor-sektor yang lebih resilient terhadap fluktuasi anggaran pemerintah, seperti beauty, health, fintech, dan FMCG.
Kedua, ekspansi media digital dan out of home di kota-kota besar seperti Surabaya dan Magelang untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis klien.
Baca Juga: DOOH Optimistis Permintaan Iklan 2026 Meningkat, Siapkan Ekspansi ke Kota-Kota Besar
Ketiga, perusahaan mengembangkan kampanye berbasis performa (No Viral, No Bayar), di mana klien hanya membayar jika target awareness atau engagement tercapai, menjamin efektivitas kampanye.
Selain mitigasi risiko, perusahaan juga menekankan efisiensi biaya operasional sebagai bagian dari strategi pertumbuhan.
DOOH mengubah skema sewa lahan dari fixed rent menjadi revenue sharing, sehingga risiko dibagi bersama pihak ketiga, sementara biaya produksi media iklan, termasuk cetak dan inventori, juga dikontrol lebih fleksibel.
Implementasi sistem monitoring digital menggantikan tenaga manusia untuk memantau tayangan iklan, meningkatkan akurasi data dan transparansi laporan kepada klien.
Dalam memperkuat lini digital, DOOH melakukan akuisisi KYL Agency, salah satu agensi influencer top di Indonesia.
Langkah ini memungkinkan perusahaan menawarkan kampanye 360° yang menggabungkan kreativitas, data, dan eksposur influencer, sejalan dengan tren belanja iklan digital yang semester II 2025 mencapai Rp2,1 triliun dan diperkirakan meningkat pada 2026.
Vicktor menegaskan, kombinasi diversifikasi klien, ekspansi digital, efisiensi biaya, dan penguatan ekosistem melalui e-commerce dan live streaming dirancang agar seluruh aktivitas media dan kampanye berjalan simultan, saling mendukung, serta mengurangi ketergantungan pada satu sumber pendapatan.
"Strategi mitigasi risiko ini akan memastikan kami tetap operasional meski ada perubahan kebijakan pemerintah," ujarnya.
Dengan strategi ini, DOOH optimistis mampu menghadapi tantangan regulasi, meningkatkan profitabilitas, memperkuat repeat order, dan memperluas penetrasi pasar di industri periklanan yang semakin kompetitif berbasis teknologi digital dan data-driven marketing.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement