Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tangani Isu Sampah, Ini yang Dilakukan Akademisi UI

        Tangani Isu Sampah, Ini yang Dilakukan Akademisi UI Kredit Foto: UI
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Isu pengelolaan sampah masih menjadi PR besar di berbagai kota di Indonesia, tidak terkecuali Depok. Data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok menunjukan dengan populasi yang hampir 2 juta penduduk, jumlah sampah yang dihasilkan ditaksir mencapai 1.300 ton per hari.

        Itu berarti tiap penduduk menghasilkan timbunan sampah sekitar 0,6 kilogram. Parahnya lagi, Kota Depok sudah tidak memiliki lahan yang memadai untuk menampung peningkatan jumlah sampah yang selalu bertambah setiap harinya.

        Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung milik Kota Depok, seluas 11 hektare, telah melebihi kapasitas (overload). Akhirnya, Pemerintah Kota Depok memutuskan membuang sebagian sampah ke wilayah tetangga, tepatnya Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Lutut Nambo (Luna) di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mulai tahun ini.

        Baca Juga: Optimis Prospektif, INOV Siap Tambah Pabrik Pengolahan Sampah Botol Plastik

        Ini tentu bukan keputusan yang mudah lantaran Pemkot Depok harus mengeluarkan uang lebih kurang sebesar Rp98 juta per hari untuk mengangkut sampah dari wilayah Depok ke TPPAS Luna.

        Guna memberikan kontribusi nyata dan turut membantu Pemkot Depok dalam mengatasi masalah sampah tersebut, Tim Pengabdi Universitas Indonesia yang terdiri dari beberapa dosen, di antaranya Eva Andayani, Fatimah Muchtar, Tutie Hermiati, dan Kusnar Budi serta mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi UI melakukan pengabdian pada masyarakat bertema 'Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dalam Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Rumah Tangga' di Perumahan Bukit Rivaria Sawangan (BRS).

        Kebijakan Pemkot Depok dalam upaya mewujudkan Depok sebagai salah satu kota di Indonesia yang ramah lingkungan sejalan dengan salah satu kebijakan UI, yakni menciptakan UI Go Green melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).

        Margono, Ketua RT 003/RW 011 BRS Depok, menyatakan, sebetulnya sebagian besar warga sudah sejak lama menggerakkan upaya pengelolaan dan pengolahan sampah rumah tangga melalui aksi pemilahan sampah rumah tangga yang organik dan anorganik.

        Akan tetapi, hingga saat ini aksi pemilahan sampah rumah tangga di lingkungan Perumahan BRS belum berjalan sukses dan berkesinambungan. Alasannya, tingkat kesadaran warga perumahan akan pentingnya upaya pemilahan sampah rumah tangga masih rendah dan belum tersebar secara merata ke seluruh warga.

        Menurutnya, kegiatan ini mampu meningkatkan kesadaran masyarakat, dalam hal ini warga perumahan BRS, dalam pengelolaan dan pengolahan sampah rumah tangga melalui aksi pemilahan sampah dengan menggunakan teknik biopori. Pengabdian masyarakat ini juga sejalan dengan program posyandu, yaitu pembuatan tanaman obat untuk keluarga karena hasil pembuangan sampah organik dapat dijadikan pupuk bagi toga.

        "Dampak yang dinikmati warga dengan adanya program pengabdian masyarakat ini, jumlah sampah basah (organik) banyak berkurang karena adanya lubang biopori," ujar Margono, Rabu (29/10/2019).

        Baca Juga: JK Tak Setuju Sampah jadi Tenaga Listrik, Biayanya Mahal!

        PkM ini mencakup FGD dengan beberapa warga perumahan untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat kesadaran warga dalam pemilahan sampah dan persoalan yang dihadapi mereka terkait pengelolaan sampah rumah tangga selama ini.

        Pada 27 Juli disusul kegiatan sosialisasi kepada warga perumahan terkait upaya meningkatkan kesadaran warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui pembiasaan untuk memilah sampah organik dan anorganik dengan memanfaatkan lubang resapan biopori sebagai sarana pembuangan sampah basah (organik) pada 17 Agustus.

        Kemudian pada 24 Agustus 2019, Ketua Tim Pengabdi UI berkolaborasi dengan pengurus perumahan BRS (Ketua RT dan Ketua RW) memobilisasi warga perumahan untuk bergotong-royong membuat paralon dan lubang biopori.

        Dan pada 21 September lalu, diusulkan pada setiap halaman rumah warga ditetapkan dua titik yang akan dibuatkan lubang biopori untuk menampung sampah organik hewani dan sampah organik nabati. Selain itu, juga dilaksanakan penyuluhan kepada warga untuk memilah sampah untuk pemanfaatan lubang biopori yang sudah dibuat di halaman atau pekarangan rumah setiap warga perumahan BRS.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Agus Aryanto
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: