Perang dagang antara AS dan China membawa dampak pada kondisi penjualan Caterpillar. Akibatnya, perusahaan pembuat alat berat ini harus mem-PHK 120 pekerja pabrik di Texas.
PHK yang terjadi di fasilitas eksavator hidrolik di Victoria pada 1 November itu dikonfirmasi juru bicara perusahaan Kate Kenny ke Reuters,?Senin (04/11/2019). Ada 820 karyawan di fasilitas ini. Kenny mengkaitkan keputusan PHK dengan kondisi pasar. Saham Caterpillar ditutup US$146,92, naik 1,7 persen.
Oktober lalu, pembuat alat berat terbesar di dunia ini memutuskan untuk memangkas produksi setelah penjualan menurun di semua segmen produk di sebagian besar wilayah pada kuartal terakhir.
Baca Juga: Perang Dagang AS-China Tak Berujung, Bisnis Ini Justru Untung
Penjualan di Asia-Pasifik, pasar terbesar ketiga Caterpillar, turun 13 persen. Di China permintaan menurun. Di dalam negeri, perusahaan ini menghadapi persaingan harga. Sementara pendapatan di pasar dunia di Amerika Utara turun hampir 3 persen.
Kenny tidak mengatakan pengurangan produksi tersebut akan menyebabkan pengurangan tenaga kerja di fasilitas lain. Namun, ia mengatakan, Caterpillar mengambil berbagai tindakan di fasilitas lain di dunia untuk menyelaraskan produksi dengan permintaan.
Caterpillar tahun lalu diuntungkan dengan pertumbuhan global sejak 2010. Namun, perang pajak antara AS dan mitra dagangnya, termasuk China, telah melemahkan kepercayaan bisnis dan ekonomi global.
Bulan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa perang dagang AS-China akan mengurangi pertumbuhan global 2019 ke laju paling lambat sejak krisis keuangan 2008-2009. Prospek bisa semakin gelap jika ketegangan itu tidak terselesaikan, katanya.
Baca Juga: IMF: Ekonomi Global Sudah Sakit 10 Tahun Terakhir
Henry Guajardo dari Workforce Solutions, agensi pengembangan tenaga kerja yang didanai negara, mengatakan, karyawan yang terkena dampak dari pemecatan itu adalah semua pekerja produksi.
Sejak kabar mengenai PHK karyawan Caterpillar diumumkan, puluhan pekerja datang ke kantornya. Mencari bantuan agar mata pencaharian mereka aman.
Menurut analis di Moody's Analytics, perang dagang telah menghabiskan biaya hampir 300.000 pekerjaan di Amerika Serikat. Bulan lalu, perusahaan pembuat alat pertanian Deere & Co memecat 163 pekerja manufakturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lili Lestari
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: