Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Nasib Rupiah: Gertak Dolar AS Duluan, Bertekuk Lutut Kemudian!

        Nasib Rupiah: Gertak Dolar AS Duluan, Bertekuk Lutut Kemudian! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Nilai tukar rupiah mencoba peruntungan di awal perdagangan spot, Selasa (17/12/2019) dengan gertakan dan apresiasi sebesar 0,07% ke level Rp13.990 per dolar AS. Sayang seribu sayang, gertakan itu tak cukup menyeramkan untuk menjadi momok bagi dolar AS.

        Apalagi, sentimen teknikal juga tak berpihak pada rupiah. Melansir dari RTI, dalam sebulan terakhir, rupiah sudah terapresiasi tinggi hingga +0,54% terhadap dolar AS sehingga sangat rentan terkenan tekanan jual. Benar saja, tak berapa lama setelah pembukaan, rupiah langsung berbalik terdepresiasi.

        Baca Juga: Ups! China Nyinyir ke Trump dan AS, Gak Ikhlas Nih Soal Deal Dagang?

        Hingga pukul 10.33 WIB, rupiah bertekuk lutut dengan depresiasi sebesar -0,06% ke level Rp14.014 per dolar AS. Depresiasi tersebut sedikit terkikis jika dibandingkan dengan beberapa saat lalu yang sempat mencapai -0,07% ke level Rp14.015 per dolar AS.

        Baca Juga: Tragis! Jadi yang Terlemah Kedua di Asia, Rupiah Meringis!

        Bersamaan dengan itu, rupiah juga tertekan di hadapan euro sebesar -0,10%. Beruntung, rupiah masih dapat unggul jauh terhadap dolar Australia (0,13%) dan poundsterling (0,29%).

        Sementara itu, pergerakan rupiah di Asia terpantau variatif dengan kecenderungan melemah. Sampai dengan berita ini dimuat, rupiah berstatus sebagai mata uang terlemah keempat setelah baht (0,19%), ringgit (0,06%), dan yuan (0,05%). Mata uang Garuda itu terkoreksi di hadapan dolar Taiwan (-0,37%), won (-0,25%), dolar Hong Kong (-0,011%), yen (-0,09%), dan dolar Singapura (-0,05%).?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: