Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ratapan Korban Banjir ke Gubernur: Gak Ada Peringatan Dini, Sama Sekali

        Ratapan Korban Banjir ke Gubernur: Gak Ada Peringatan Dini, Sama Sekali Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        2020 menjadi tahun yang berat bagi warga Jakarta, dengan setidaknya mengalami banjir tiga kali di sejumlah titik ibu kota.

        Sejumlah warga mengeluh mereka tidak mendapatkan "peringatan dini" untuk bersiap-siap mengungsi, sementara banjir kemungkinan masih bisa terjadi lagi.

        Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memfokuskan pada penanganan bencana dan bukan penanggulangan. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika, hujan masih akan turun sampai Maret.

        Baca Juga: 3 Gubernur Absen Rapat Banjir, DPR Berang Bukan Kepalang

        Salah seorang yang terkena banjir, termasuk Marsudi, yang tinggal di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan menerjang hujan deras yang terus mengguyur sejak Selasa (25/2/2020) pagi.

        Dalam dua bulan terakhir, rumah Marsudi sudah diterjang banjir tiga kali dengan ketinggian mencapai satu meter.

        Masudi tengah membersihkan rumah dari sisa genangan saat didatangi. Ia mengatakan baru tahun ini banjir menerjang rumahnya lagi sejak 2007. Marsudi mengaku tak pernah ada peringatan sejak banjir besar 1 Januari 2020 lalu.

        Padahal, dengan peringatan dini itu, ia bisa melakukan persiapan, termasuk mengangkut barang ke lantai atas rumahnya. "Enggak ada pemberitahuan. Sama sekali. Dari RT/RW tidak ada. Banjir-banjir saja. Masuk-masuk saja (air) sudah," katanya.

        Warga lain di lokasi yang sama, Nur (60), mengatakan hal serupa. Ia juga menyebut peringatan dini akan membantu mempersiapkan diri atau mengungsi. "Enggak ada (peringatan) dari pihak pemerintah," jelas Nur.

        Bantuan segera yang diharapkan warga di tiap kali banjir terjadi, menurut Nur, adalah perahu karet yang siap sedia, termasuk alat pembersih dan cairan antikuman.

        "Ya pembersihan. Alat-alat bersih. Sikat. Karbol. Perahu karet itu. kalau kita mau pergi atau pulang dari sana. minta ada angkutan kapal boat yang disediakan. Harus stand by," kata Nur.

        Di lokasi lainnya, Wagiyah (51) mengatakan kebutuhan yang mendesak bagi warga di saat banjir terjadi adalah makanan jadi, termasuk obat-obatan.

        Sementara itu, Ketua Regu dari Dinas Sumber Daya Air wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Zappa Suharjat Gumilang (32) mengaku timnya telah siaga sejak malam hari menyusul hujan yang tak kunjung reda.

        Namun, ia mengatakan tim dari dinas sudah memberikan peringatan dini ke seluruh warga di kawasan kompleks ini.

        "Kalau untuk itu dari RT ke RW. Peringatan dininya. Sudah kita sebar melalui Whatsapp. Dari mulut ke mulut sebelumnya," kata Zappa.

        Lebih lanjut, Zappa mengatakan tim yang dikerahkan ke lokasi di tiap kecamatan yang mengalami kebanjiran sebanyak tujuh sampai sembilan orang. Tim ini yang melakukan evakuasi, termasuk memeriksa pompa air, dan memantau pintu-pintu air.

        "Dan teman-teman sudah melingkar di daerah genangan, dan pintu air Kemang Raya. Rumah pompa Pondok Jaya, melakukan sedot ulang. Penutupan pintu-pintu air," kata Zappa.

        Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan saat ini Pemprov DKI Jakarta berkonsentrasi pada penanganan karena cuaca ekstrem akan terus terjadi beberapa waktu ke depan.

        Anies tidak mau lagi berkomentar saat ditanya kembali mengenai langkah antisipasi Pemprov DKI Jakarta dalam menghadapi cuaca ekstrem ke depan. Ia mengatakan semua sumber daya yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta dikerahkan untuk menanggulangi dampak dari bencana banjir.

        Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan hujan lebat berserta cuaca ekstrem masih akan melanda Jakarta dan wilayah lain hingga Maret mendatang.

        Menurut BMKG, cuaca ekstrem tersebut terjadi karena terdapat pola tekanan rendah di wilayah bumi bagian Selatan, badai tropis Ferdinand di Nusa Tenggara Barat (NTB), dan sirkulasi angina di Banten yang menyebabkan pertemuan massa udara.

        Untuk itu, peneliti hidrologi dan perubahan iklim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Heru Santoso mengatakan, saat ini fokusnya adalah menghadapi bencana bukan menanggulangi penyebab bencana.

        "Artinya, kita berusaha menyelamatkan manusia dulu, seperti menyediakan tempat pengungsian, dapur umum, perahu, rumah sakit dan lainnya," kata Heru.

        Kemudian, kata Heru, Pemprov DKI harus bertindak cepat dengan cara mengoptimalisasi kanal-kanal sungai, agar air dapat segera dialirkan ke laut.

        "Nanti kalau keadaan membaik, bereskan kanal-kanal, optimalkan pompa, keruk endapan sendimen sungai di Jakarta yang sangat besar, sampahnya banyak sekali," katanya.

        Jakarta Itu Naturalnya adalah Banjir

        Heru menambahkan, Jakarta adalah daerah dataran banjir. Dengan menyadari kondisi alami Jakarta sebagai wilayah banjir, kata Heru, akan memudahkan dalam pengambilan kebijakan dalam menangani banjir.

        "Menaturalkan Jakarta tidak mungkin karena kondisi tahan sudah jenuh sehingga air tidak lagi meresap ke bawah dan daerah delta dataran banjir. Jadi, penanganan adalah lebih ke bagaimana aliran air cepat menghilang dan dialiri ke laut," katanya.

        Sebelumnya, Anies Baswedan enggan melanjutkan proyek normalisasi sungai di Jakarta dan memilih menjalankan program naturalisasi sungai sesuai dengan janji kampanyenya saat pemilihan gubernur 2017 lalu.

        Baca Juga: Banjir Lagi, Adu Mulut Lagi: Kali Ini Loyalis Anies Vs PSI

        Anies kemudian mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pembangunan dan Revitalisasi Prasarana Sumber Daya Air (SDA) Secara Terpadu dengan Konsep Naturalisasi.

        Dalam pergub tersebut, Dinas SDA DKI Jakarta ditugaskan untuk melakukan program naturalisasi sungai, yaitu dengan membangun ruang terbuka hijau (RTH) dan menentukan batas garis sempadan sungai.

        Namun, program tersebut tidak terbukti efektif karena terjadi banjir besar pada 1 Januari 2020 lalu.

        Presiden Joko Widodo pun turun tangan dengan memerintahkan Anies untuk meneruskan program normalisasi sungai.

        Apa Akibat dari Banjir Jakarta?

        Banjir yang terjadi di Jakarta dalam beberapa hari belakangan ini berdampak langsung ke beberapa fasilitas publik. Beberapa dampak banjir di antaranya, yaitu

        1. Dinas Pendidikan DKI Jakarta menyebut terdapat sekitar 159 sekolah dari TK hingga SMA yang diliburkan.

        2. Banjir merendam beberapa ruangan di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan merusak beberapa alat medis radiologi dan radioterapi.

        3. Kompleks Istana Kepresidenan yang didiami Joko Widodo sempat tergenang pada pagi hari.

        4. Banjir menyebabkan beberapa wilayah di Jakarta padam listrik karena PLN tidak mengoperasikan sekitar 326 gardu listrik.

        5. PT Kereta Api Indonesia menyebut ada 187 penumpang jarak jauh yang membatalkan tiket perjalanannya sebagai dampak banjir Jakarta.

        6. PT KAI Commuter Jabodetabek menyebut sebagian rute kereta tidak beroperasi normal, seperti rute Cikarang ke Jakarta Kota hanya akan sampai Stasiun Jatinegara dan kembali dari Jatinegara sampai Bekasi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: