Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Minyak Dunia Hancur Gaga-gara Ego Rusia-Arab Saudi

        Harga Minyak Dunia Hancur Gaga-gara Ego Rusia-Arab Saudi Kredit Foto: Reuters/Christian Hartmann
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Belum selesai wabah Covid-19 memberikan efek negatif bagi perdagangkan global, kali ini perekonomian dunia kembali terguncang akibat kebijakan Arab Saudi terkait minyak bumi dunia.

        Setelah menurunkan harga minyak bumi yang dijual ke China hingga mencapai US$7 per barel, kali ini Arab Saudi justru meningkatkan kapasitas produksinya hingga 2 juta barel per hari. Hal ini berimbas pada harga acuan WTI dan Brent yang turun hingga mencapai 25 persen.

        Harga acuan WTI pada laman Bloomberg Senin (9/3/2020) pagi tercatat mencapai US$30,82 per barel. Sedangkan harga acuan Brent diperdagangkan pada level US$34,08 per barel.

        Baca Juga: Harga TBS Sawit Kenapa Nih?

        Kebijakan ini diambil Arab Saudi setelah OPEC gagal mencapai kata sepakat dengan Rusia untuk menurunkan kapasitas produksi harian minyak bumi hingga 1,5 juta barel per hari. Rusia menganggap bahwa rencana kebijakan OPEC tersebut akan memberikan angin segar bagi industri shale gas Amerika Serikat.

        Hubungan Moscow dan Washington DC sempat memanas dua minggu yang lalu akibat sanksi yang dikenakan oleh Presiden Trump kepada Rosneft, perusahaan minyak bumi Rusia.

        Rosneft dianggap telah membantu proses transportasi minyak bumi Venezuela yang kini sedang dikenakan embargo oleh Amerika Serikat. Tindakan Rosneft ini dianggap sebagai dukungan terhadap rezim yang berkuasa di Venezuela. Perlu diketahui bahwa Rosneft dimiliki oleh Igor Sechin salah seorang teman dekat dari Presiden Vladimir Putin.

        Rencana OPEC untuk membatasi produksi minyak hingga 1,5 juta barel per hari awalnya diharapkan untuk membuat harga minyak bumi dunia kembali naik. Sebelum penurunan drastis ini, harga acuan WTI masih berada di kisaran US$40-45 per barel. Sedangkan untuk Brent berada di kisaran US$45-50 per barel.

        Pembatasan produksi minyak bumi dianggap Rusia dapat menguntungkan industri shale gas Amerika Serikat. Namun, penolakan Rusia membuat Arab Saudi geram sehingga justru meningkatkan produksi hariannya hingga 2 juta barel per hari. Pasar yang sudah over supply, kini justru kembali dibanjiri stok minyak bumi yang berlimpah.

        Perang ego antara Arab Saudi, Rusia, dan Amerika Serikat membuat harga menjadi semakin terpuruk. Pengamat memperkirakan bahwa harga minyak bumi bisa berada di bawah level US$30 per barel.

        Baca Juga: Gegara Corona Minyak Dunia Anjlok, Indonesia Bisa Gak Tuh Manfaatin?

        Kebijakan Arab Saudi ini juga memengaruhi perdagangan saham pada bursa-bursa dunia. Perdagangan saham di Senin (9/3/2020) pagi?diwarnai terkoreksinya hampir semua bursa Asia. Nikkei terkoreksi hingga nyaris 1.300 poin atau 5,81 persen dari pembukaannya. Indeks Hang Seng juga terkoreksi lebih dari 1.000 poin atau sekitar 4 persen.

        IHSG pun terkoreksi 3,20 persen dari pembukaan hari ini. Penurunan juga terjadi untuk Indeks KOSPI (-4,35%), Strait Times (-4,10%), Shanghai (-1,81%), dan Bursa Malaysia (-3,34%).

        Bursa Asia yang masih belum mampu bangkit akibat wabah Covid-19, kini harus kembali dihadapkan pada masalah baru yang membuat perdagangan semakin tertekan. Kondisi yang sama diperkirakan juga akan terjadi pada bursa Eropa dan Amerika Serikat yang baru akan dibuka pada sore dan malam nanti.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: