Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Lagi-Lagi, Uni Eropa Salah... Emisi Sawit Rendah!

        Lagi-Lagi, Uni Eropa Salah... Emisi Sawit Rendah! Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Black campaign terhadap minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang dilakukan oleh Uni Eropa sejak tiga tahun lalu hingga sekarang membuat industri minyak sawit global khususnya Indonesia panas-dingin.

        Isu lingkungan, keberlanjutan, dan konflik sosial merupakan sentimen negatif yang selalu disuarakan UE untuk minyak sawit Indonesia. Salah satunya yakni adanya anggapan bahwa emisi kelapa sawit di Indonesia mencapai 90 ton CO2 ekuivalen per hektare dalam satu tahun.

        Baca Juga: Limbah Sawit Jadi Listrik?

        Namun, tim dari Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mematahkan isu tersebut melalui hasil penelitiannya. Penelitian tersebut dilakukan sejak Desember 2018 ? Januari 2020 yang didanai BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) dengan dipimpin oleh Prof. Supiandi Sabiham.

        Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata emisi kelapa sawit di Indonesia hanya 20?25 ton CO2 ekuivalen per hektare dalam satu tahun. Angka ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan sehingga tidak aneh jika kelapa sawit dijadikan sebagai kambing hitam atas kerusakan lingkungan oleh Uni Eropa.

        Supiandi mengatakan, "Hasil penelitian kita ini bisa membuat banyak pihak terkejut. Sebab, emisi kelapa sawit yang disampaikan selama ini tidak sebesar itu dan hasil penelitian ini bisa meng-counter isu tersebut."

        Menurut Supiandi, hasil penelitian terkait emisi kelapa sawit sebanyak 90 ton CO2 ekuivalen per hektare dalam satu tahun itu sejatinya tidak realistis. Supiandi juga menambahkan, "Metode penelitian kita menggunakan data dan pengukuran langsung di lapangan yang pada satu titik dapat mewakili 530 hektare lahan sawit. Dan yang paling penting alat yang kita gunakan lebih reasonable."

        Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu senjata untuk menepis isu negatif dari Uni Eropa maupun Amerika Serikat bahwa kelapa sawit bukanlah parameter yang tinggi untuk kerusakan lingkungan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: