Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tingkat Inklusi dan Literasi Keuangan Timpang, OJK Ajak Universitas Andalas untuk Libatkan Mahasiswa

        Tingkat Inklusi dan Literasi Keuangan Timpang, OJK Ajak Universitas Andalas untuk Libatkan Mahasiswa Kredit Foto: OJK
        Warta Ekonomi, Padang -

        Berdasarkan hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan tahun 2019, tingkat Inklusi Keuangan nasional mencapai angka 76%, tumbuh dari hasil survei sebelumnya di tahun 2016 yang sebesar 69%. Kendati begitu, tingkat inklusi keuangan pada tahun lalu hanya sedikit melebihi target yang ditetapkan pemerintah, yakni di angka 75%. Oleh karena itu, OJK terus mengupayakan untuk mendorong tingkat inklusi keuangan nasional ke level yang lebih tinggi.

        Baca Juga: OJK Sebut Ada 6 Pasal yang Bikin Pasar Modal Domestik Berdarah-Darah, Apa Saja?

        Wakil Ketua Dewan Komisaris OJK, Nurhaida, mengatakan bahwa salah satu yang dilakukan untuk mendorong hal itu ialah dengan melibatkan mahasiswa melalui program One Student One Account (OSOA). Program tersebut dijalin bersamaan dengan penandatanganan nota kesepahaman antara OJK dan Universitas Andalas pada Jumat (13/03/2020).

        "Kita (OJK) merasa belum puas karena Indonesia sangat besar dan ekonominya juga besar. Oleh karena itu, kita berupaya untuk meningkatkan inklusi keuangan, salah satu upayanya, yaitu OSOA. Kita berharap, seluruh mahasiswa dan pelajar itu punya account," jelas Nurhaida, Padang, Jumat (13/03/2020).

        Menambahkan Nurhaida, Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara, mengatakan bahwa mahasiswa dinilai sebagai agen perubahan yang strategis untuk dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan pemahaman produk keuangan kepada masyarakat.?

        Baca Juga: IHSG Amblas 5,01% dan Kena Trading Halt yang Pertama Kali, Begini Kata OJK

        Satu hal yang menjadi perhatian Tirta, ada ketimpangan yang cukup jauh antara inklusi keuangan dan literasi keuangan. Hasil survei 2019 mencatat, tingkat literasi keuangan nasional hanya berada di angka 35%, sedangkan tingkat inklusi keuangan sudah mencapai 76%. Padahal, literasi keuangan merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki setiap orang.

        "Hasil survei menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan yang cukup besar antara inklusi dan literasi kita. Ini artinya, risiko yang kita hadapi itu tinggi. Masyarakat membeli produk keuangan, investasi, dan sebagainya, tapi mereka tidak paham risikonya apa, ini yang masyarakat belum paham," sambung Tirta.

        Baca Juga: Aktif Bumikan Iklim Investasi, Total Investor Saham di Sumbar Tembus 17.501 Investor pada Tahun 2019

        Lebih jauh lagi, Tirta berharap bahwa dengan semakin tingginya tingkat inklusi dan literasi keuangan, paling tidak mahasiswa dapat memahami produk investasi lain yang ada di Indonesia, termasuk di antaranya adalah produk keuangan pasar modal.

        "Dengan mahasiswa mengerti produk sektor keuangan diharapkan mereka bisa meningkat menjadi memahami investasi lain di sektor keuangan yang banyak sekali, seperti produk pasar modal dan produk pembiayaan,? lanjut Tirta.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: