Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        4 Penyebab Angka Positif Corona di Amerika Serikat Tertinggi di Dunia

        4 Penyebab Angka Positif Corona di Amerika Serikat Tertinggi di Dunia Kredit Foto: Reuters/Kevin Lamarque
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Total kasus virus corona di Amerika Serikat kini mencapai 85,6 ribu per Jumat (27/3) pagi. Angka itu telah melampaui total kasus di China yang sebanyak 81,3 ribu. Adapun Italia mengisi posisi ketiga dengan total 80,6 ribu kasus.

        Rumah sakit di Amerika Serikat dilaporkan semakin kewalahan dengan COVID-19 dan 40 persen orang AS berada di bawah perintah lockdown untuk mencegah penyebaran penyakit.

        Baca Juga: Berandai Jadi Presiden Amerika, Bill Gates Bakal Lakukan Ini untuk Berantas Corona

        Setidaknya 1.300 orang telah meninggal karena COVID-19 di AS, menurut Worldometers. Para ahli mengatakan jumlah infeksi baru menunjukkan bahwa lebih banyak orang Amerika akan meninggal akibat virus ini. Lantas, apa penyebabnya?

        1. New York Pusat Penyebaran Corona

        Salah satu faktor yang menyebabkan jumlah kasus corona di AS New York terus melonjak adalah dari hasil pemeriksaan Covid-19 massal yang telah dilakukan pemerintah daerah dalam beberapa pekan terakhir.

        Puluhan ribu warga New York telah mengikuti pemeriksaan Covid-19. Sejauh ini, Sebagian besar pasien positif corona di New York mengalami gejala ringan seperti demam dan pneumonia.

        2. Kurangnya Ventilator

        Ventilator adalah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu pernapasan. Ventilator sering kali dibutuhkan oleh pasien yang tidak dapat bernapas sendiri, baik karena suatu penyakit atau karena cedera yang parah. Tujuan penggunaan alat ini adalah agar pasien mendapat asupan oksigen yang cukup.

        Sayangnya, di Amerika Serikat (AS) saking kewalahannya, satu ventilator digunakan oleh 2 pasien.

        Meski jumlah kasusnya melampaui Tiongkok, pasien terjangkit virus corona yang meninggal dunia di AS hanya 1.293. Sedangkan di China jumlahnya mencapai 3.287.

        Lousiana menjadi wilayah setelah New York yang sangat terdampak corona. Gubernur Louisiana John Bel Edwards mengatakan, fasilitas medis kehabisan kamar dan ventilator untuk pasien terinfeksi virus corona. Jika jumlah pasien terinfeksi covid-19 tidak diminimalkan, maka ventilator di New Orleans habis pada 2 April. Lalu, kamar untuk merawat pasien tidak tersedia lagi pada 7 April.

        3. Distribusi Alat Uji Lamban

        Menurut laporan USA Today, di Naples, sebuah kota di barat daya Florida yang memiliki penduduk dengan rata-rata usia 66 tahun, sebuah rumah sakit tiba-tiba menghentikan tempat pengujian drive-through mereka karena kehabisan alat uji.

        Dokter di Winter Haven, sebuah kota di Florida Tengah harus menunggu hingga 10 hari untuk mendapatkan hasil tes COVID-19.

        Di Miami Selatan, lingkungan yang dikelilingi oleh rumah-rumah pensiun, presiden komunitas rumah sakit sampai mengambil pinjaman USD 380.000 dari rumahnya sendiri untuk mengamankan pengiriman 1.000 alat tes seminggu untuk beberapa bulan ke depan.

        4. Enggan Lockdown Keseluruhan

        Sementara itu, Presiden Donald Trump bersikeras tidak akan menerapkan lockdown secara menyeluruh di negaranya. Menurutnya, langkah tersebut berlebihan. Bahkan Trump yakin krisis akibat corona akan berakhir sebelum Paskah yang jatuh pada 12 April.??

        "Saya dengan senang hati membuka negara ini dan bersiap untuk Paskah," kata Trump.??

        Negara itu, kata Trump, setiap tahunnya telah dihantui wabah flu dan tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Namun hal itu tidak sampai membuat AS lockdown, lantas mengapa mereka harus melakukan lockdown saat wabah corona?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: