Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bos Pertamina Blak-blakan Alasan Ogah Turunkan Harga BBM

        Bos Pertamina Blak-blakan Alasan Ogah Turunkan Harga BBM Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan kenapa hingga saat ini harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belum turun di tengah anjloknya harga minyak dunia. Bahkan sebelumnya, harga minyak dunia berada di level minus.

        Ada beberapa alasan mengapa harga BBM belum juga turun. Pertama, penetapan harga BBM ada di tangan dari Kementerian ESDM.

        "Secara garis besar saja penjelasan kenapa kok BBM tidak turun, pertama adalah formula harga BBM ditetapkan oleh Kementerian ESDM," ujarnya.

        Baca Juga: Harga Minyak Mentah Minus, Harga CPO Ambles

        "Dengan crude dalam negeri kan rata-rata emang lebih tinggi. Ini kita lagi diskusikan dengan Kementerian ESDM bagaimana supaya kami tetap menyerap tapi diberikan relaksasi harga. Ini sedang dilakukan," imbuhnya.

        Diakui Nicke, menurunkan harga BBM bukan tugas yang mudah karena Pertamina tidak bisa asal naik atau turunkan harga BBM seenaknya.

        "Jadi, kalau satu hal kalau kita sebagai trading company, memang mudah sekali ketika harga BBM yang kita beli murah, maka kita langsung bisa kita jual," ucapnya.

        Di sisi lain, Pertamina juga harus memperhatikan biaya operasional dari perseroan karena harus tetap melakukan pengeboran di tengah anjloknya harga minyak dunia.

        "Terus terang saja, biaya produksinya itu lebih tinggi dibandingkan harga crude hari ini. Kalau dalam kondisi ini, maka sebetulnya secara HPP, kita impor crude harganya 25% karena kita prioritaskan crude dalam negeri," ujarnya.

        Baca Juga: Demokrat: Halo Pemerintah, Kapan BBM Turun? Giliran Itu Aja Cepat!!

        Menurut Nicke, dengan harga minyak dunia saat ini memang akan lebih ringan jika menutup dan menghentikan sementara semua kilang. Hanya saja, nantinya akan berdampak pada stok dan produksi nasional.

        "Tapi kalau 100% enggak kami ambil, kebtuhan 40% ini, 50% ambil aja dari impor, ini kan KKKS semuanya akan terhenti. Akhirnya ekosistem efeknya akan ke mana mana," kata Nicke.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: