Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Berkeras! Anies Gak Mau Kendorkan PSBB, Sampai Bilang: Kami Gak...

        Berkeras! Anies Gak Mau Kendorkan PSBB, Sampai Bilang: Kami Gak... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan pihaknya tidak memiliki rencana untuk melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga angka reproduksi dasar virus corona atau covid-19 belum di bawah 1.

        Diketahui, reproduction number adalah paramater seberapa besar populasi orang yang sakit menularkan virus asal China ini.

        Karena itu, Anies tidak bisa memprediksi kapan rencana untuk melonggarkan PSBB di Jakarta. "DKI Jakarta tidak berencana melakukan pelonggaraan sampai angka reproduksi di bawah 1. Jadi kami itu melakukan rencana pelonggaran bukan bulan apa, tapi bila di bawah 1, karena kami harus mengandalkan sains," ujarnya dalam video streaming, Sabtu (16/5/2020).

        Baca Juga: PSBB Sisa Seminggu Lagi, Jangan Kaget Lihat Saran Demokrat ke Anies

        Baca Juga: Anies Terapkan QR Code Khusus untuk Warga ini...

        Ia menyebut covid-19 tidak bisa diprediksi kapan berakhir. Karenanya, kebijakan pelonggaran PSBB diambil harus berdasarkan pada ilmu pengetahuan, tidak asal-asalan.

        "Ini bukan sesuatu yang kita bisa lihat, bukan sesuatu yang ada jadwalnya. Jadi misalnya seperti lebaran, yang bisa lebaran kan manusia, kalau virusnya kan enggak lebaran," tegasnya.

        Selain itu, ia menuturkan saat ini pihaknya masih melakukan pengetatan untuk menekan virus ini. Karena itu, ia meminta masyarakat tidak terbawa wacana pelonggaran PSBB.

        "Kita berkumpul banyak orang, dari situ dia menular. Kita tidak berkumpul, tidak menular. Jadi jangan terbawa wacana pelonggaran saat ini. Ini kita masih suasana pengetatan," kata dia.

        Salah satu kebijakan Anies yakni menghentikan sementara proses belajar mengajar di sekolah. "Sebenarnya di Jakarta sudah menyelenggarakan pembatasan sejak pertengahan Maret 15 Maret, sekolah ditutup. Kalau sekolah ditutup artinya ada satu setengah juta orang yang biasa di sekolah jadi di rumah." karanya.

        Sambung dia, "Kalau anak-anak sekolah itu satu setengah juta sebutlah yang diantar satu juta, berarti ada satu juta orang penghantar itu sudah dua setengah juta orang. Karena itu menutup sekolah penting," tukas dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: