- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Dampak Program Kemitraan saat Pandemi Covid-19, Omzet Petani Madu Sialang Capai Ratusan Juta Rupiah
Permintaan masyarakat terhadap Madu Sialang produksi petani yang tergabung dalam kelompok tani Rumah Madu Andalan (RMA) meningkat signifikan di tengah pandemi COVID-19. Omzet kelompok ini terus meningkat, bahkan pernah mencapai ratusan juta rupiah dalam sebulan. RMA telah menjadi wadah bagi para petani yang menampung dan membantu memasarkan hasil panen madu mereka.
"Kami sempat kewalahan menerima pesanan madu dari Jakarta sebanyak seribu botol atau sekitar 500 kilogram pada bulan April lalu," ujar Tengku Indra alias Ujang, Ketua Kelompok Tani Rumah Madu Andalan, Senin (18/5), di Pangkalan Kerinci.
Baca Juga: Selain Kekebalan Tubuh, Ini Manfaat Lain Madu bagi Kesehatan
Bersama 7 orang anggotanya, Ujang menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar dan memiliki sedikitnya 48 pohon madu sialang yang tersebar di tiga kabupaten di Riau, yakni Pelalawan, Siak, dan Kuantan Singingi. Ia mengaku sekali panen bisa mendapat 3-4 ton madu per bulan.
Ujang yang juga berprofesi sebagai nelayan ini mendapat pembinaan dari program pemberdayaan masyarakat sebuah perusahaan HTI, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Ia mengisahkan dahulu setiap panen madu seringkali sarang menjadi rusak bahkan mati.
“Dulu semuanya dibabat habis dan terpaksa menunggu 4-5 bulan lagi lebahnya bersarang, lalu sejak dibina oleh RAPP, kami jadi paham konsep panen lestari, sehingga panen bisa dilakukan setiap bulan,” tuturnya.
Agar semua petani dapat berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan madu, mereka mengatur jadwal pasokan, sehingga kelangsungan usaha para petani madu tetap terjaga.
“Para petani memasok madu ke RMA sekitar 300 kg per bulan, kelompok tani bisa memperoleh rata-rata pendapatan minimal sebesar Rp25 juta per bulan," kata SMEs Offline CD RAPP, Raden Adhe Pramono.
Baca Juga: Berkat Pembinaan CD RAPP, Pendapatan Petani Nanas di Riau Stabil
Awalnya rumah madu hanya menjual madu murni pada tahun 2000 silam. Kemudian tahun 2006 mulai dilakukan pengolahan dan pengemasan modern tanpa mengurangi kemurniannya. Hal ini memberi nilai tambah kepada petani. Madu olahan tersebut diberi nama Madu Foresbi dan telah mengantongi ijin edar dari BPOM dan sertifikasi halal MUI.
Manajer CD RAPP, Binahidra Logiardi mengatakan program petani madu dapat berkontribusi kepada tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) terutama pada nomor 1, 4, 8, dan 9.
“Jadi kita membantu pelatihan dan pendampingan masyarakat sehingga dapat memanfaatkan potensi lokal untuk meningkatkan pendapatan atau mata pencaharian yang berkelanjutan. Diharapkan jiwa kewirausahaan masyarakat tumbuh, serta tetap mampu bertahan dalam keadaan krisis, seperti kondisi COVID-19 saat ini.” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: