Bos Krakatau Steel Bongkar Habis Dampak Corona, Wagelaseh Industri Baja Bisa Tutup!
Sehubungan dengan dampak Covid-19 pada industri baja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) sebagai BUMN strategis dengan dukungan pemerintah berusaha untuk menjaga industri hilir dan industri pengguna agar tetap beroperasi. Industri baja merupakan “Mother of Industries” yang memiliki multiplier effect yang sangat luas khususnya dalam hal ketersediaan lapangan pekerjaan, pengurangan ketergantungan terhadap impor, dan peningkatan daya saing industri nasional.
Bos Krakatau Steel, Silmy Karim menyatakan bahwa besar kemungkinan jika keadaan saat ini berlarut-larut dan tidak melakukan langkah-langkah antisipasi maka industri hilir dan industri pengguna akan menutup lini produksinya karena rendahnya utilisasi.
“Hal ini sangat berisiko karena karakteristik industri memerlukan waktu untuk melakukan proses start-up produksi dan kondisi tersebut akan menimbulkan celah masuknya produk impor yang dapat menimbulkan defisit neraca perdagangan nasional,” ujarnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (29/5/2020).
Baca Juga: Sujud Syukur, Setelah 8 Tahun Merugi Akhirnya Krakatau Steel Bisa Untung Juga
Menurutnya, apabila industri sempat mati, maka akan sulit untuk dihidupkan kembali karena dibutuhkan usaha ekstra dan bisa memakan waktu lama serta biaya lebih besar untuk memulihkannya. Kondisi ini akan lebih parah lagi jika pasar dalam negeri sudah terlanjur diisi oleh produk impor.
“Kita berharap kondisi perekonomian ditriwulan III dan triwulan IV akan membaik, sehingga Krakatau Steel dapat kembali meraih keuntungan seperti halnya di triwulan I 2020 dan tahun ini Krakatau Steel dapat membukukan laba seperti yang direncanakan pasca selesainya restrukturisasi Krakatau Steel”, tutup Silmy.
Pasalnya, pada triwulan II 2020 diperkirakan akan berbeda dengan triwulan I karena kondisi pasar baja yang melemah sampai sekitar 50% akibat dari kondisi ekonomi Indonesia yang sedang mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19.
“Melemahnya perekonomian nasional telah berdampak pada industri baja. Hal ini jika berlanjut terus menerus maka diperkirakan akan berdampak pada kinerja di tahun 2020”, tutur Silmy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: