Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Keceriaan Pasar Saham Bukan Hanya Euforia Semata

        Keceriaan Pasar Saham Bukan Hanya Euforia Semata Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Setelah di bulan Maret mengalami penurunan tajam, secara bertahap pasar finansial global bergerak menguat mendekati level tertingginya di tahun ini. Sebagai contoh, S&P 500 yang sempat anjlok -34%, per tanggal 5 Juni hanya tertinggal 6% dari level tertingginya di bulan Februari. Optimisme new normal yang ditandai dengan dibukanya kembali aktivitas ekonomi di berbagai belahan dunia tampaknya menjadi pendorong utama.

        Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Andrian Tanuwijaya, mengatakan bahwa penguatan yang terjadi akhir-akhir ini memang sebagian besar didorong oleh harapan pemulihan perekonomian dari pembukaan kembali ekonomi. Aktivitas ekonomi yang berada dalam kondisi ‘koma’ selama periode lockdown, sekarang mulai ‘bangun’ perlahan-lahan. Beberapa high frequency data yang dirilis di Amerika Serikat seperti Jobless Claims, Continuing Claims dan PMI menunjukkan bahwa dampak ekonomi terburuk pandemi Covid-19 tampaknya sudah dilewati.

        Baca Juga: New Normal, Jokowi Minta Waspadai Gelombang Kedua

        Meskipun rilis data ekonomi ke depan masih akan lemah, namun tingkat pelemahannya sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan data bulan April. Beberapa saham siklikal yang sebelumnya terpukul selama krisis Covid-19 kembali menguat karena akan mendapatkan keuntungan dari dimulainya kembali aktivitas ekonomi.

        “Pemulihan aktivitas ekonomi yang disertai dengan perubahan struktur biaya perusahaan yang menjadi lebih efisien selama masa pandemi diharapkan dapat memperbaiki earnings perusahaan ke depannya. Memulihkan produktivitas masyarakat dengan tetap mengendalikan penyebaran pandemi menjadi sangat penting di dalam periode new normal ini,” katanya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (12/6/2020).

        Baca Juga: Apa yang Perlu Diperhatikan Bisnis Kala Masuk New Normal?

        Menurutnya, alasan utama penguatan pasar saham global lebih didorong oleh harapan pemulihan ekonomi akibat pelonggaran lockdown, sepertinya penguatan ini lebih banyak didorong oleh faktor fundamental dibandingkan euforia semata, karena berkaitan erat dengan potensi perbaikan earnings perusahaan.

        “Walapun demikian, tetap ada beberapa faktor risiko yang harus dicermati saat ini, antara lain potensi pandemi gelombang kedua jika periode new normal ini tidak disertai dengan menajemen pengendalian penyebaran pandemi yang baik, dan meningkatnya retorika AS – China khususnya menjelang pemilu Amerika Serikat bulan November nanti,” terangnya.

        Baca Juga: Istana Bantah Sudah Kasih Izin Jakarta Terapkan New Normal

        Sementara itu terkait dengan kondisi kesehatan ekonomi Indonesia di tenga Ia mengungkapkan bahwa beberapa indikator yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi seperti inflasi inti, penjualan ritel, konsumsi rumah tangga & keyakinan konsumen menunjukkan pelemahan. Kebijakan pembatasan aktivitas sosial guna mengendalikan penyebaran COVID-19 sangat memukul konsumsi domestik yang selama ini menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk pertama kalinya konsumsi domestik tumbuh di atas 3%. Hal inilah yang kemudian membuat PDB Indonesia pada kuartal satu hanya tumbuh 2,97% YoY.

        Sementara indikator ekonomi yang berkaitan dengan stabilitas seperti defisit neraca berjalan, volatilitas rupiah, cadangan devisa & persepsi risiko menunjukkan perbaikan. “Perbaikan indikator stabilitas ekonomi mengkonfirmasi membaiknya kondisi fundamental Indonesia. Menjaga stabilitas perekonomian menjadi sangat krusial mengingat kebutuhan pembiayaan pemerintah yang tinggi di tahun ini,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: