Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Untuk Pembangkit Skala Kecil, PJB Andalkan Implementasi RE-FORGE

        Untuk Pembangkit Skala Kecil, PJB Andalkan Implementasi RE-FORGE Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
        Warta Ekonomi, Surabaya -

        PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) memperkenalkan Reliable And Efficient Powerplant Management (RE-FORGE). Yaitu berupa konsep kustomisasi pengelolaan pembangkit untuk unit pembangkit dengan kapasitas yang relatif kecil (

        Sebagai awal, PLTU Tembilahan akan ditunjuk Pilot project dari RE-FORGE ini dengan menggunakan aplikasi Maximo, sebuah aplikasi Enterprise Asset Management yang telah dikostumisasi sesuai dengan BMS RE-FORGE.

        Menurut Direktur Bisnis Regional Sumatera dan Kalimantan PT PLN (Persero), Wiluyo Kusdwiharto, aplikasi Maximo sendiri sudah umum digunakan dalam Pembangkit Listrik namun kostumisasinya berbeda dengan RE-FORGE. PLTU Tembilahan akan menjadi unit yang pertama kali mengimplementasikan RE-FORGE

        Baca Juga: Kejar Target Bauran EBT 2025. PJB Mulai Garap Sesuatu..

        Baca Juga: Usai Diserbu Jutaan Ubur-Ubur, Begini Kondisi PJB UP Paiton

        “Dengan Implementasi RE-FORGE ini akan memberikan bantuan terhadap pembangkit-pembangkit berkapasitas kecil terutama dalam meningkatkan keandalannya,” terang Wiluyo Kusdwiharto dalam keterangan resminya, Senin (15/6/2020).

        Lebih lanjut dia mengatakan, penggunaaan konsep RE-FORGE ini akan dilakukan di PLTU Bangka, PLTU Belitung, PLTU Bolok, serta PLTU Ropa. Dengan kehadiran konsep kustomisasi RE-FORGE diharapkan akan memberikan keunggulan bagi unit pembangkit PJB maupun pembangkit dari IPP lainnya.

        Selain itu lanjutnya, mengefisiensikan proses bisnis yang kompleks, RE-FORGE diklaim juga dapat mengoptimalkan kapabilitas SDM, dan menyederhanakan pola komunikasi antara PJB, PJB Services, dan unit pembangkit menjadi lebih sederhana.

        Sementara itu Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara mengatakan, RE-FORGE tidak hanya menjadi jawaban terhadap tantangan yang ada namun juga menjadi salah satu cara dalam menyelaraskan program dengan Strategic Inisiative Grand Strategy PJB yang akan diangkat selama lima tahun kedepan.

        "Dimana salah satunya merujuk pada rencana implementasi digitalisasi monitoring dan evaluasi untuk semua pembangkit PJB (existing dan UBJOM) dan IPP," ujar Iwan.

        Sejauh ini kata Iwan, RE-FORGE mengambil konsep waralaba yang berkembang di Indonesia. Pemilik pembangkit tidak perlu direpotkan untuk mengurusi perancanaan, supervise enginering, sampai mengatur supply chain yang harus dilakukan. Karena hal-hal tersebut secara terpusat dan terkendali akan dilaksanakan oleh PJB.

        Dengan begitu, konsep ini nanti diharapkan dapat berdampak kepada lebih fokusnya pemilik pembangkit pada pengoperasionalnya saja. Sehingga akan mengurangi jumlah SDM yang diperlukan dan akan berimbas kepada penghematan biaya jangka panjang.

        "RE-FORGE sendiri merupakan konsep kustomisasi yang dilakukan, agar model bisnis pengelolaan unit pembangkit menjadi lebih terpusat dan tidak ada redundansi proses. Tidak hanya pengelolaannya yang terpusat, namun analisa juga dilakukan secara terpusat oleh para expertise di bidang pembangkit sehingga analisa pun menjadi lebih akurat," pungkas Iwan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Mochamad Ali Topan
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: