Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Leverage Buy-out?

        Apa Itu Leverage Buy-out? Kredit Foto: Freepik
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Leverage buyout (LBO) adalah akuisisi perusahaan lain menggunakan sejumlah besar uang pinjaman (utang) untuk memenuhi biaya perolehan. Aset perusahaan yang diakuisisi sering digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman, bersama dengan aset perusahaan yang mengakuisisi.

        Implementasi dari akuisisi di Indonesia itu sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

        Baca Juga: Apa Itu Buying Forward?

        Dilansir dari Investopedia di Jakarta, Selasa (30/6/3030) dalam leverage buyout (LBO), biasanya ada rasio utang 90% hingga 10% ekuitas. Karena rasio hutang/ekuitas yang tinggi ini, obligasi yang diterbitkan dalam pembelian biasanya bukan peringkat investasi dan disebut sebagai obligasi sampah.

        Selain itu, banyak orang menganggap LBO sebagai taktik pemangsa yang kejam dan khusus. Ini karena biasanya tidak disetujui oleh perusahaan target. Ini juga dianggap ironis karena keberhasilan perusahaan, dalam hal aset di neraca, dapat digunakan sebagai jaminan oleh perusahaan yang bermusuhan.

        Tiga Alasan Dilakukan LBO

        1. Mengambil perusahaan publik swasta;
        2. Melakukan spin-off sebagian dari bisnis yang ada dengan menjualnya;
        3. Memindahkan properti pribadi, seperti dengan perubahan dalam kepemilikan usaha kecil.

        Leveraged buyout memiliki sejarah yang terkenal buruk, terutama pada 1980-an ketika beberapa pembelian terkemuka menyebabkan kebangkrutan perusahaan-perusahaan yang diakuisisi. Hal ini terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa rasio leverage hampir 100% dan pembayaran bunga sangat besar sehingga arus kas operasi perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban.

        LBO seringkali rumit dan perlu waktu untuk diselesaikan. Misalnya, JAB Holding Company, sebuah perusahaan swasta yang berinvestasi pada barang-barang mewah, kopi, dan perusahaan perawatan kesehatan, memprakarsai LBO Krispy Kreme Doughnuts, Inc pada Mei 2016.

        Baca Juga: Apa Itu Stock Repurchase?

        JAB dijadwalkan untuk membeli perusahaan tersebut sebesar USD1,5 miliar, termasuk USD350 juta pinjaman dengan leverage dan fasilitas kredit berputar USD150 juta yang disediakan oleh bank investasi Barclays.

        Namun, Krispy Kreme memiliki hutang pada neraca yang perlu dijual dan Barclays diharuskan untuk menambah suku bunga tambahan 0,5% agar lebih menarik. Hal ini membuat LBO lebih rumit dan hampir tidak menutup. Namun, pada 12 Juli 2016 kesepakatan tetap berjalan.

        Berikut kriteria perusahaan yang ideal untuk dijadikan target beli utang:

        1. Perusahaan memiliki bisnis dengan arus kas yang stabil dan kuat.
        2. Perusahaan dengan tingkat hutang rendah.
        3. Bisnis non-siklus.
        4. Perusahaan dengan parit ekonomi besar.
        5. Perusahaan dengan tim manajemen yang baik.
        6. Perusahaan dengan basis aset besar yang dapat digunakan untuk jaminan.
        7. Perusahaan yang hampir bangkrut di industri yang baik.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: