Ancaman di LCS: Peningkatan Pasukan AS dan Keras Kepalanya China
China, pada Senin (20/7/2020) memperingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak melakukan eskalasi militer lebih lanjut di Laut China Selatan (LCS). Sebab, kedua negara sudah meningkatkan kehadiran angkatan bersenjata mereka di wilayah yang semakin diperebutkan.
Seperti dalam laporan US News yang dikutip Warta Ekonomi, Selasa (21/7/2020), beberapa hari setelah AS mengirim kembali dua kapal induk ke wilayah itu -- bagi China itu cukup provokatif-- media pemerintah China mengkonfirmasi pihaknya telah mengirim brigade pasukan penerbangan dengan serangkaian kapal perang ke dua pulau di Kepulauan Paracel yang diperebutkan bersama.
Baca Juga: Kian Gesit, China Peringatkan Negara-negara Asia Tenggara Soal...
China berencana melakukan "latihan serangan sasaran maritim tembakan langsung", sebagai tanggapan atas kehadiran militer AS yang meningkat di sana, yang diklaim China "adalah pendorong nyata militerisasi di Laut China Selatan."
"Jika provokasi militer AS di Laut China Selatan bertahan, China dapat dibiarkan tanpa pilihan selain melakukan lebih banyak latihan dan mengerahkan lebih banyak kapal perang dan pesawat perang di Laut China Selatan," lapor China Global Times, yang bukan corong langsung dari Partai Komunis China tetapi punya pandangan yang sejalan.
Global Times menambahkan, China dapat membangun zona pertahanan udara di sekitar wilayah yang dianggapnya serupa dengan lokasi yang telah memicu pertikaian sengit dengan AS di masa lalu.
Bahasa provokatif itu dinilai sebagai cara terbaru dalam ekskalasi antara pemerintahan Donald Trump dan pemerintahan Xi Jinping dalam beberapa pekan terakhir.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo awal pekan lalu mengumumkan AS akan mulai mengambil sikap baru melawan Beijing di Laut China Selatan.
Bukan melanggar sikap netral resmi, tetapi mengumumkan dukungan baru bagi sekutu dan mitra yang juga mengklaim pulau, terumbu karang, dan daerah penangkapan ikan sebagai milik mereka.
Komentarnya itu muncul tak lama setelah Beijing mengumumkan sanksi baru terhadap sejumlah anggota parlemen AS yang diyakini telah mengancam kedaulatan China di wilayah tersebut.
China kemudian mengancam akan lebih banyak sanksi terhadap pejabat Amerika jika AS tidak mundur dari campur tangan dalam rancangan Beijing untuk Hong Kong.
Pemerintahan Trump telah menggalang dukungan bipartisan yang langka di Kongres untuk mendorong kembali menentang penerapan undang-undang keamanan nasional baru China di kota semi-otonomi yang secara luas dilihat sebagai upaya untuk memaksakan kontrol penuh terhadap bekas jajahan Inggris.
Retorika itu adalah pertama kalinya dalam bertahun-tahun, bahwa Angkatan Laut mengerahkan dua kapal induk --USS Nimitz dan USS Ronald Reagan-- ke bagian yang sama di Pasifik untuk patroli bersama.
Bagian dari latihan yang lebih luas dengan sekutu dan mitra di kawasan itu, armada juga telah melakukan apa yang oleh militer disebut sebagai latihan "kebebasan navigasi", yang dirancang untuk menantang klaim negara lain, dalam hal ini China, untuk perairan yang dianggap AS sebagai wilayah internasional. .
Komandan pasukan-pasukan ini mengindikasikan pada Jumat (17/7/2020) bahwa pasukan AS bisa menghadapi ancaman China.
"Latihan terintegrasi kelas atas dengan fleksibilitas, daya tahan, kemampuan manuver, dan daya tembak yang tak tertandingi ke lingkungan semua medan perang. Di samping para mitra regional yang berpikiran sama, upaya-upaya ini mendukung langsung tekad AS untuk terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional memungkinkan," kata Wakil Laksamana Bill Merz, komandan Armada ke-7 Angkatan Laut, dalam sebuah pernyataan.
"Kemampuan dan fleksibilitas Angkatan Laut kami dalam tampilan penuh saat kami mendukung keamanan dan stabilitas Indo-Pasifik. Tidak ada contoh yang lebih baik dari komitmen regional kami, dan secara berkala kami akan menyatukan banyak tim dalam Armada ke-7 untuk mempraktikkan operasi terkoordinasi skala besar." tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto