Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Al-Qaeda Masuki Utara, Militer Mali Lancarkan Kudeta

        Al-Qaeda Masuki Utara, Militer Mali Lancarkan Kudeta Kredit Foto: Somali Jacel
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Setelah dikudeta oleh militer, Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita akhirnya menyatakan mengundurkan diri pada Rabu (19/8/2020) dini hari waktu setempat. Demikian seperti dikutip kantor berita Al Jazeera.

        Republik Mali merupakan negara terbesar kedua di Afrika Barat, yang salah satu wilayahnya berbatasan dengan Aljazair. Mayoritas penduduknya tinggal di wilayah selatan.

        Baca Juga: Pemberontak Tawan Presiden dan PM Mali, Kondisinya Kini...

        Pada 20 Desember 2012, untuk membantu Mali merebut kembali wilayah utara negeri itu yang dikuasai kelompok pemberontak Islam, Dewan Keamanan PBB menyetujui pengiriman pasukan militer Afrika.

        Pemberontak Tuareg dan kelompok militan Islam yang terkait Al-Qaeda, memanfaatkan kudeta pada Maret 2012 untuk menguasai wilayah utara yang luas.

        Berikut Update Perkembangan Terakhir di Mali:

        Rabu, 19 Agustus

        Jam 00:15 (07.17 WIB) :

        Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita (IBK) mengundurkan diri dan membubarkan parlemen, beberapa jam setelah tentara pemberontak menahannya dengan todongan senjata.

        Terlihat lelah dan mengenakan masker medis, Keita mengundurkan diri dalam pidato singkat yang disiarkan di televisi pemerintah, setelah pasukan militer menangkapnya bersama Perdana Menteri Boubou Cisse dan pejabat tinggi lainnya.

        Selasa, 18 Agustus

        Jam 23:15 (06.15 WIB) :

        Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) telah mengutuk upaya kudeta di Mali. Dalam pengumumannya, aliansi regional tersebut juga mengatakan, negara tetangga dari negara Afrika Barat tersebut menutup perbatasannya dan akan menjatuhkan sanksi saat krisis berlanjut.

        Jam 20:30 (03.30 WIB) :

        Warga Mali bereaksi, setelah militer Mali memasuki jalan-jalan Bamako. Menurut laporan media lokal, militer Mali telah menangkap Presiden Mali Ibrahim Boubakar Keita.

        Jam 19:55 (02.55 WIB) :

        Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mengutuk penangkapan Presiden Keita dan pejabat pemerintah. Melalui Juru Bicara Stephane Dujarric, PBB juga minta mereka semua dibebaskan. Guterres juga menyerukan segera dilakukannya pemulihan tatanan dan supremasi hukum konstitusional di Mali.

        Jam 19:43 (02.43 WIB) :

        Menurut seorang diplomat senior PBB yang menolak namanya disebutkan kepada kantor berita AFP, Dewan Keamanan PBB pada Rabu (19/8/2020) sore akan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas situasi terkini di Mali. Acara ini diminta diagendakan oleh Prancis dan Nigeria dan akan berlangsung secara tertutup.

        Jam 19:25 (02.25 WIB) :

        Uni Eropa melalui Ketua Kebijakan Luar Negerinya, Josep Borrell di akun Twitter menyatakan, “mengutuk keras upaya kudeta yang sedang berlangsung di Mali dan menolak setiap perubahan inkonstitusional. Ini sama sekali tidak bisa dilakukan, meski demi mengatasi krisis sosial-politik yang parah di Mali, yang sudah terjadi selama beberapa bulan.

        Jam 19:00 (02.00 WIB) :

        Boubou Doucoure, Direktur Komunikasi Perdana Menteri (PM) Mali, Cisse, memberitahu kantor berita AFP, bahwa pasukan pemberontak Mali menahan Presiden Keita dan PM Cisse. "Perdana menteri dan presiden dibawa oleh tentara pemberontak ke Kati (markas angkatan bersenjata) dengan kendaraan lapis baja," katanya.

        Jam 18:50 (01.50 WIB) :

        Koalisi di Mali yang berada di balik protes massa yang menyerukan pengunduran diri Keita menegaskan, aksi penahanan presiden oleh tentara yang memberontak bukanlah kudeta militer tetapi pemberontakan rakyat.

        "IBK (Presiden Ibrahim Boubacar Keita) tidak mau mendengarkan rakyatnya. Kami sudah mengusulkan alternatif, tetapi dia menanggapinya dengan pembunuhan," ujar Juru Bicara kelompok oposisi, Koalisi M5-RFP, Nouhoum Togo kepada kantor berita Reuters.

        Jam 18:30 (01.30 WIB) :

        Siaran televisi pemerintah Mali, ORTM, diputus pihak militer yang menahan Presiden Keita dan PM Cisse. Hal ini diungkap seorang jurnalis di ORTM.

        Jam 18:20 (01.20 WIB) :

        Ketua Komisi Uni Afrika, Moussa Faki Mahamat, mengutuk penangkapan Presiden Keita, PM Cisse, dan pejabat lainnya. Mahamat juga mengutuk setiap upaya perubahan yang "anti-konstitusional" dan meminta tentara pemberontak menghormati institusi negara.

        "Saya mengutuk keras penahanan paksa Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita, Perdana Menteri dan pejabat pemerintah Mali lainnya dan menyerukan pembebasan mereka sesegera mungkin," tulisnya di Twitter.

        Jam 18:00 (01.00 WIB) :

        Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov mengatakan, Rusia telah menerima informasi tentang penangkapan Presiden dan Perdana Menteri Mali. Rusia menyatakan prihatin dengan kejadian ini. Hal ini disampaikan kantor berita Rusia, RIA, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

        Jam 17:20 (24.00 WIB) :

        Presiden Prancis Emmanuel Macron membahas pemberontakan militer di Mali pada Selasa (18/8/2020) dengan Presiden Mali dan para pemimpin Afrika Barat lainnya. Prancis menyatakan dukungannya untuk berupaya melakukan mediasi oleh blok regional ECOWAS.

        Macron membahas situasi yang sedang berlangsung dengan Keita dan para pemimpin Nigeri, Pantai Gading dan Senegal, dan "mengutuk upaya pemberontakan yang sedang berlangsung.

        Namun pihak Kepresidenan Prancis tidak mengatakan secara rinci, kapan pembicaraan Macron dengan para pemimpin Afrika itu berlangsung.

        Jam 16:40 (23.40 WIB) :

        Di (ibu kota Mali) Bamako, rakyat Mali membanjiri alun-alun di sekitar Monumen Kemerdekaan, tempat protes massa berlangsung sejak Juni. Mereka menuntut Presiden Keita mundur, karena dugaan korupsi dan kondisi keamanan yang memburuk.

        "Apakah dia ditangkap atau tidak, yang pasti, akhir hidupnya sudah dekat. Tuhan mengabulkan doa kami. IBK (Presiden Ibrahim Boubacar Keita) sudah selesai," kata Haidara Assetou Cisse, seorang guru, kepada kantor berita Reuters.

        "Kami keluar hari ini untuk menyerukan pengunduran diri total Ibrahim Boubacar Keita. Karena kami mendengar ada tembakan oleh militer dan kami keluar untuk membantu tentara kami menyingkirkan IBK," kata pendukung kelompok oposisi, Aboubacar Ibrahim Maiga.

        Menurut seorang saksi mata kepada kantor berita Reuters, para pengunjuk rasa juga menyerang kantor menteri kehakiman dan melakukan pembakaran.

        Jam 16:07 (23.07 WIB) :

        Perdana Menteri Mali, Cisse, meminta tentara yang memberontak membatalkan rencana mereka dan mendesak dilakukannya dialog untuk menyelesaikan krisis yang sedang terjadi.

        Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan pemberontakan hanya "mencerminkan rasa frustrasi tertentu yang mungkin memiliki alasan yang sah. Pemerintah Mali meminta semua pihak agar duduk bersama."

        Jam 16:04 (23.04 WIB) :

        "Prancis telah menyadari pemberontakan yang terjadi di Kati, Mali. Secara serius kami nyatakan, kami mengutuk keras peristiwa ini," kata Menteri Luar Negeri Prancis, Jean Yves Le Drian. Prancis pun mendesak tentara agar segera kembali ke barak.

        Jam 15:50 (22.50 WIB) :

        Blok Afrika Barat ECOWAS meminta pihak militer " segera kembali ke barak”. "Pemberontakan ini terjadi ketika ECOWAS telah berinisiatif melakukan upaya mediasi dengan semua pihak di Mali," kata pernyataan resmi ECOWAS.

        Jam  15:30 (23.30 WIB) :

        Suara tembakan terdengar di pangkalan militer dekat Ibu Kota Mali, Bamako. Pihak Kedutaan Besar Norwegia kemudian mengungkap kemungkinan terjadinya pemberontakan militer. Militer menembakkan senjatanya ke udara di pangkalan militer di Kati, sebuah kota sekitar 15 km dari Bamako.

        Saksi mata mengatakan kepada kantor berita The Associated Press, tank lapis baja dan kendaraan militer terlihat di jalanan Kota Kati.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: