Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Meski Rugi, Manajemen Pertamina Tetap Optimis, Karena ....

        Meski Rugi, Manajemen Pertamina Tetap Optimis, Karena .... Kredit Foto: Pertamina
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Pertamina (Persero) mencatatkan kerugian Rp11 triliun per paruh pertama 2020. Meski begitu, manajemen tetap optimis. 

        Wakil Presiden Komunikasi Korporasi Pertamina, Fajriyah Usman menyebut, pandemi COVID-19--khususnya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan sebab utama penurunan kinerja perusahaan.

        "Penurunan permintaan BBM merupakan salah satu shock yang Pertamina alami di tengah panemi COVID-19," ujar Fajriyah dalam keterangan resminya, Minggu (30/8/2020).

        Baca Juga: Dorong UMKM Bangkit, Pertamina Rogoh Kocek Rp150 Miliar

        Baca Juga: Ahok Bisa Bernapas Panjang

        Namun, seiring berlakunya adaptasi kebiasaan baru dan pergerakan perekonomian nasional, tren penjualan Pertamina pun mulai pulih; menurut Fajriyah lagi.

        Ia berkata, "kinerja kumulatif Juli juga telah mengalami kemajuan, lebih baik dari kinerja kumulatif pada bulan sebelumnya."

        Lebih lanjut, Februari-Mei 2020 jadi masa terburuk dari segi permintaan terhadap BBM Pertamina. Asal tahu saja, ketika PSBB berlaku di sejumlah kota besar, penurunan permintaan melampaui 50%.

        Sudah begitu, Pertamina juga mencatatkan penurunan pendapatan dari segi hulu. Jumlah pendapatan Pertamina per Juni 2020 menurun sampai 20%.

        "Dengan penurunan pendapatan yang signifikan, maka laba pun tertekan," ujar Fajriyah lagi.

        Melansir Kompas.com, pada Januari 2020, Pertamina mencatatkan laba bersih yang positif; senilai 87 juta dolar AS. Sayangnya, tiga bulan kemudian, perusahaan mulai rugi bersih dengan rata-rata 500 juta dolar AS per bulan.

        Manajemen pun menjalankan berbagai strategi, baik dari segi operasional maupun finansial. Dari situ, laba bersih pun mulai membaik ke angka 350 juta dolar AS per bulan--sejak Mei-Juli 2020.

        "Sejak Mei-Juli dan ke depannya, kinerja pun makin baik. Dengan laba bersih 408 juta dolar AS pada Juli, kerugian dapat kami tekan hingga berkurang menjadi 360 juta dolar, setara Rp5,3 triliun," jelasnya lagi.

        Berkat tren itu, Fajriyah optimis kinerja perusahaan bakal semakin membaik hingga akhir 2020.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: