Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan perusahaan untuk melakukan tanggung jawabnya dalam menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR). PT Pertamina Gas (Pertagas) tetap menjalankan program tersebut kendati dengan berbagai penyesuaian.
Corporate Secretary Pertagas Fitri Erika mengatakan program CSR di tengah pandemi harus bisa beradaptasi. Menurut Erika, mitra binaan Pertagas di berbagai daerah telah melakukan berbagai penyesuaian selama masa pandemi COVID-19. Baca Juga: Pertagas Alirkan Gas Perdana ke Kuala Tanjung
“Petrogres yang biasa menjahit baju anak dan seragam, saat pandemi berubah dengan menjahit masker,” ungkap Erika dalam diskusi daring bersama Local Hero mitra binaan Pertagas. Baca Juga: Pertagas Alirkan Gas Perdana ke Kuala Tanjung
Kegiatan lainnya, Resto Apung di Sidoarjo, Jawa Timur, yang harus tutup selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), melakukan penyesuaian agar bisa tetap bertahan dengan beralih untuk menyediakan jasa katering. Pertagas memberikan order untuk memenuhi bantuan makanan nasi kotak ke RSUD.
Tidak hanya itu, mitra binaan Pertagas di Cilamaya, Jawa Barat, yakni kelompok tani Gapoktan yang dipimpin Ayep pun ikut terdampak dan melakukan penyesuaian. Pak Ayep di masa pandemi sempat panen. Dalam melaksanakan kegiatannya petani dengan memakai masker dan sosial distancing.
Zainal Abidin, Manajer Comrel dan CSR Pertagas, menambahkan selama pandemi COVID-19 menjadi tantangan bagi Pertagas untuk melakukan pendampingan karena kondisi yang tidak biasa. Pada 2020 kami lakukan social mapping.
“Jadi selama pandemi ada yang kami hold, ada yang tetap jalan, tapi ada juga yang disetop,” kata Zainal, dalam keterangannya, Senin (14/9/2020).
Salah seorang Local Hero Pertagas, Innik Himatin mengatakan selama pandemi kegiatan tetap berjalan melalui sistem daring dan luring dengan menjalankan protokol kesehatan. Untuk sekali pertemuan biasanya disesuaikan dengan membagi kelompok menjadi tiga orang.
Innik mengakui pendapatan pada saat hari raya berkurang, karena pembelian untuk baju turun. Namun saat ini pendapatan makin membaik. Sekarang rata-rata pendapatan mereka per bulan bisa Rp2,3 juta.
Sementara itu, Ayep yang memimpin Gapoktan mitra binaan Pertagas di Cilamaya, Jabar menuturkan dampak COVID-19 sangat terasa bagi petani. Selain harga jual yang turun, biaya produksi seperti untuk pembelian obat-obatan agak sulit sehingga harga jadi naik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil