Kalau Biden Berhasil Lengserkan Trump, Dolar AS Diprediksi Akan....
Kontestasi politik Amerika Serikat (AS) antara petahana Donald Trump dan pesaingnya Joe Biden tengah menjadi sorotan publik. Hal itu pula yang kemudian menjadi pertimbangan pelaku pasar dalam mengambil keputusan investasi, termasuk dalam memperlakukan dolar AS.
Kepala Ekonom Pasar di Mizuho Bank, Daisuke Karakama, menilai bahwa semua mata tertuju pada debat pemilihan presiden AS yang akan digelar pada Rabu, 30 September 2020. Bukan tidak mungkin, katanya, pelaku pasar akan ramai membuang dolar AS apabila Biden mampu mengalahkan Trump dalam laga tersebut.
Baca Juga: Boom..! Rupiah Hantam Dolar AS, Tumbang di Hadapan Banyak Mata Uang!
"Jika debat membuat Trump mundur dan Biden terus memimpin, saya pikir hal itu bisa membuat orang melepaskan dolar," pungkasnya sebagaimana dilansir dari Reuters, Selasa, 29 September 2020.
Bukan cuma itu, Karakama menambahkan bahwa publik juga tengah mencermati sentimen lainnya, yakni rencana paket stimulus pemulihan ekonomi AS.
Baca Juga: Mengupas Psy War Ala Joe Biden buat Tumbangkan Dominasi Donald Trump
"Pasar dolar secara luas telah mencapai titik terendah dari harga rendah sejak pertengahan September. Pertanyaannya adalah apa tren di bulan Oktober," sambungnya.
Terlepas dari sentimen debat presiden dan stimulus ekonomi, pelaku pasar juga tengah bersiap untuk sejumlah data ekonomi dalam beberapa hari ke depan. Sebagian data yang dimaksud ialah data survei manufaktur dan data konsumen yang akan dipublikasikan pada Kamis dan laporan ketenagakerjaan yang akan dipublikasikan pada Jumat mendatang.
Asal tahu saja, sepanjang perdagangan spot Senin, 28 September 2020 kemarin, dolar AS memerah hampir di hadapan semua mata uang. Pada penutupan pasar, rupiah terapresiasi dan membekuk dolar AS di level Rp14.871. Mengacu pada data RTI, koreksi dolar AS terhadap rupiah mencapai -0,91% dalam sepekan atau setara dengan -2,20% dalam sebulan terakhir.
Teranyar, Joe Biden telah dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian. Ia bergabung dengan Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin dari Rusia dalam nama yang diajukan. Adalah anggota parlemen Inggris Chris Bryant, seorang anggota Partai Buruh di Parlemen Inggris, mengatakan kepada Evening Standard bahwa dia mengajukan politisi Partai Demokrat itu untuk penghargaan bergengsi itu.
"Ketika orang lain menggunakan solusi kekerasan, dia berpendapat bahwa kekuatan terbaik adalah kekuatan argumen," katanya kepada surat kabar itu.
Baca Juga: Kalau Biden Berhasil Lengserkan Trump, Dolar AS Diprediksi Akan....
"Karena senjata dapat menghentikan jantung tetapi kata-kata yang ditempatkan dengan baik dapat mengubah banyak hati, dan banyak hati dapat mengubah dunia," imbuhnya memberikan alasan menominasikan mantan Wakil Presiden AS itu seperti dikutip dari Newsweek.
Newsweek telah menghubungi Bryant dan kampanye Biden untuk memberikan komentar. Pengajuan nama Biden itu terjadi setelah Trump menerima nominasi ketiganya untuk Hadiah Nobel Perdamaian 2021. Dia juga pernah tampil di tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan Presiden Rusia Vladimir Putin juga menerima nominasi awal bulan ini, menurut laporan media Rusia. Setiap orang yang memenuhi syarat untuk mencalonkan dapat mengajukan orang atau organisasi mana pun untuk mendapatkan hadiah tersebut.
Menurut situs web Hadiah Nobel Perdamaian Tidak ada pemeriksaan nominasi sebelum batas waktu pengumumannya. Anggota majelis nasional dan pemerintah nasional negara berdaulat, serta kepala negara saat ini dapat mencalonkan.
Sementara profesor sejarah, ilmu sosial, hukum, filsafat, teologi, dan agama dari universitas juga dapat mengajukan orang untuk mendapatkan hadiah tersebut. Kebanyakan dari mereka yang diajukan tidak berhasil masuk dalam daftar pilihan terakhir dari mana seorang pemenang dipilih.
Para nominator tidak diumumkan secara resmi, sampai diumumkan 50 tahun kemudian. Daftar pendek untuk penghargaan Hadiah Nobel 2021 sendiri tinggal beberapa bulan lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: