Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        CPO Kalbar Lewat Pelabuhan Kijing, Sumbang Rp1 Triliun Per Bulan

        CPO Kalbar Lewat Pelabuhan Kijing, Sumbang Rp1 Triliun Per Bulan Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kalimantan Barat (Kalbar) merupakan satu dari 26 provinsi sentra sawit di Indonesia dengan produksi dan ekspor kelapa sawit yang dilaporkan terus eksis. Pada 2019, Kalbar tercatat memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 1.807.643 hektare atau 11,03 persen dari total luas perkebunan kelapa sawit Indonesia.

        Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalbar, Heronimus Hero mengatakan, ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari Kalbar akan bakal menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) setelah Pelabuhan Internasional Kijing resmi beroperasi.

        "Saat ini, Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah tengah melakukan uji coba ekspor dan dengan hal itu menjadi peluang baru terutama sektor perkebunan sawit. Kita sudah ekspor dari Kalbar sehingga bisa ditarik langsung pajaknya dan itu menjadi PAD," terangnya. 

        Baca Juga: Bersanding dengan Batu Bara, Cangkang Sawit Uji Coba di PLTU Aceh

        Uji coba ekspor CPO pada akhir Agustus 2020 lalu menjadi penanda bahwa Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah akan segera beroperasi secara komersial.

        Data KPP Bea Cukai Pontianak mencatat, terdapat dua perusahaan kelapa sawit yang sudah mengekspor CPO melalui pelabuhan internasional tersebut, yakni PT Wawasan Kebun Nusantara dengan volume CPO mencapai 5.000 ton dan PT Energi Unggul Persada dengan volume ekspor CPO 16.000 ton. Tujuan ekspor CPO Kalbar dari Pelabuhan Kijing tersebut, yakni India, China, dan negara-negara Asia Timur lainnya.

        Lebih lanjut Heronimus menyebutkan, dalam satu bulan, total transaksi kontrak CPO dari Kalbar dapat mencapai sekitar Rp1 triliun.

        "Angka itu sangat besar dan potensi besar dalam penerimaan daerah melalui PAD. Belum lagi nanti ada PPN, PPh yang menjadi dana perimbangan pusat dan diharapkan proporsional dengan daerah penghasil," jelas dia.

        Tidak hanya besarnya nominal PAD yang diterima, ekspor yang dilakukan langsung dari Kalbar juga dapat menguntungkan perusahaan sawit karena adanya efisiensi biaya logistik. Bagi petani selaku aktor produksi, hal itu tentu dapat mendorong pendapatan petani sehingga lebih sejahtera.

        Sementara itu, Ketua Gapki Kalbar, Purwati Munawir menambahkan, keberadaan pelabuhan ekspor di Kabupaten Mempawah itu merupakan babak baru bagi sektor sawit di Kalbar.

        "Akan ada penghematan biaya angkut CPO jika dibandingkan dengan harus diangkut terlebih dahulu dari Pelabuhan Pontianak menuju ke pelabuhan ekspor baik yang berada di Belawan (Sumut) maupun Tanjung Priok (Jakarta). Dengan diekspor langsung melalui Kalbar, maka menjadi tambahan penerimaan bagi petani sawit," kata dia.

        Sebagai komoditas ekspor strategis yang berperan dalam memberikan kontribusi bagi pemulihan ekonomi nasional melalui penerimaan devisa maupun PAD bagi daerah, Purwati mengatakan beberapa hal yang perlu diantisipasi yakni tetap terpeliharanya iklim yang kondusif melalui regulasi yang mendukung pengembangan industri sawit di daerah serta menangkal upaya provokasi pelemahan industri sawit oleh pihak-pihak tertentu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: