Kisah Orang Terkaya: Steven Cohen, Miliarder yang Sukses Berkat Aset Manajemen
Miliarder asal Amerika, Steven Cohen merupakan salah satu orang terkaya di dunia berkat perusahaannya yang fokus pada manajemen aset. Pria kelahiran 11 Juni 1956 ini adalah pendiri dan CEO Point72 Asset Management, sebuah kantor yang berlokasi di Stamford Connecticut.
Dilansir dari Investopedia di Jakarta, Selasa (27/10/2020) Steve Cohen juga dulunya pendiri SAC Capital Advisers yang sekarang sudah tidak beroperasi, salah satu hedge fund paling sukses yang pernah ada. Pada 2010, perusahaannya sempat menjadi subjek investigasi perdagangan orang dalam yang diluncurkan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Wang Jianlin, Raja Properti yang Belok ke Industri Hiburan
Sementara Cohen sendiri tidak pernah dituntut, perusahaan tersebut mengaku bersalah atas perdagangan informasi non publik dan dipaksa untuk mengembalikan modal investor dan membayar denda sebesar USD1,8 miliar (Rp26 triliun).
SAC secara resmi ditutup pada tahun 2016. Cohen pun mulai menjalani larangan dua tahun untuk mengelola uang investor. Larangan itu berakhir pada Januari 2018.
Pria lulusan Wharton School of Business Universitas Pennsylvania pada tahun 1978 dengan gelar di bidang Ekonomi ini memulai karir sebagai pedagang opsi junior untuk bank investasi butik Gruntal & Co.
Pada tahun 1984, ia mengelola sebuah grup perdagangan di perusahaan tersebut. Selama masa jabatannya di Gruntal & Co., perdagangan Cohen secara rutin menghasilkan USD100.000 sehari untuk perusahaan tersebut dan membantunya membangun kekayaan pribadi yang besar. Pada tahun 1992, dia meluncurkan hedge fund-nya, SAC Capital Advisors tersebut.
SAC didirikan dengan modal awal USD25 juta dari uang Cohen sendiri, perusahaan tersebut awalnya menggunakan pendekatan perdagangan volume tinggi yang agresif untuk manajemen investasi. Posisi saham ditahan hanya beberapa hari, atau dalam beberapa kasus, berjam-jam.
Pada 1999, Cohen menyarankan SAC secara teratur memperdagangkan 20 juta saham per hari. Pada tahun 2006, perdagangan perusahaan menyumbang 2% dari semua aktivitas perdagangan pasar saham.
Selama dua dekade SAC berevolusi dan memperluas pendekatan investasinya, menggunakan berbagai strategi termasuk portofolio ekuitas panjang/pendek, pendapatan tetap, dan strategi kuantitatif global. Dari tahun 1992 hingga 2013, SAC memperoleh pengembalian tahunan rata-rata sebesar 30% untuk investor mereka.
Kesuksesan Cohen dengan SAC didasarkan pada perdagangan berisiko tinggi dan imbalan tinggi. Portofolionya menunggangi gelembung Dotcom akhir tahun 90-an menjadi 70% pengembalian dan memperoleh 70% lagi ketika ia menjual saham yang sama ketika gelembung teknologi meledak pada tahun 2000.
Pada tahun 2007, SAC mengambil posisi saham hingga USD76 juta di Equinix, perusahaan multinasional yang mengkhususkan diri dalam koneksi internet dan pusat data.
Setelah perusahaan merilis laba positif sebulan kemudian, nilai sahamnya tumbuh 32%. Pada awal 2012, Cohen menaruh saham USD26,7 miliar di Ardea Biosciences. Lalu, AstraZeneca hadir membuat kesepakatan untuk membeli Ardea Biosciences tiga minggu kemudian, akuisisi tersebut meningkatkan posisi Cohen di Ardea menjadi hampir USD40 miliar.
Setelahnya, kasus SAC pun bermula hingga secara resmi ditutup pada tahun 2016. Cohen harus menjalani hukuman pelarangan mengelola uang investor hingga Januari 2018.
Usai hukuman pelarangan selesai, Cohen kembali membuka Point72 Asset Management untuk uang luar pada tahun 2018. Kini, Point72 Asset Management menjadi sebuah perusahaan hedge fund senilai USD16 miliar (Rp235 triliun) dan kekayaan Cohen sebagai miliarder mencapai USD14,6 miliar (Rp214 triliun), menurut Forbes Real Time Net Worth.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: