Bank Indonesia (BI) meminta pelaku industri perbankan dapat segera menurunkan suku bunga kreditnya untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Apalagi bank sentral baru saja menurunkan suku bunga acuan BI-7day RR Rate sebesar 25 bps menjadi 3,75%.
Selain itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI juga telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp680,89 triliun, yang bersumber dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp510,09 triliun.
Longgarnya kondisi likuiditas mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yakni 30,65% pada Oktober 2020 dan rendahnya rata-rata suku bunga PUAB overnight, sekitar 3,29% pada Oktober 2020.
Baca Juga: Dukung PEN, BI Turunkan Suku Bunga Acuan 25 BPS jadi 3,75%
"BI sudah lakukan quantitative easing yang sangat besar, dan oleh karena itu saya tidak segan-segannya mngharapkan pada perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit, sehingga mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)," ujar Perry di Jakarta, Kamis (19/11/2020).
Dia juga meyakinkan perbankan dan dunia usaha bahwa perbaikan ekonomi terus berlanjut. Oleh karena itu, sudah saatnya kita membangun optimisme untuk meningkatkan perekonomian.
"Pemerintah, BI dan OJK sudah melakukan sinergi kebijakan dan terus menempuh langkah-langkah lanjutan, tapi tentu saja kami harapkan perbankan dan dunia usaha membangun optimisme juga agar pemulihan ekonomi terus berlanjut," tukasnya.
Asal tahu saja, penurunan suku bunga kredit ibarat jalan di tempat. Misalnya, suku bunga kredit modal kerja yang hanya turun tipis dari 9,44% per September 2020 menjadi 9,38% per Oktober 2020. Padahal, bila dihitung sejak Juli 2019, BI telah memangkas suku bunga acuannya sebanyak 225 bps.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: