Bitcoin (BTC) telah naik ke harga tertinggi yang jarang terlihat, saat ini terhenti di antara US$17.000 (Rp241 juta) dan US$18.500 (Rp262 juta) sebelum memutuskan langkah selanjutnya.
Emas baru-baru ini menembus harga tertinggi sepanjang masa dalam dolar AS, melebihi US$2.000 per ons sebelum mundur dan mengonsolidasikan harga. Ahli strategi Bloomberg Intelligence, Mike McGlone berpikir hal yang sama dapat terjadi dengan BTC.
"Jangka pendek, US$20.000 (Rp284 juta) adalah resistensi yang cukup bagus," katanya dalam wawancara Bloomberg dikutip dari Cointelegraph, Jumat (20/11/2020).
Baca Juga: Harga Melambung Tinggi, Bitcoin & Ethereum Makin Layak Dikoleksi
"Saya khawatir itu mungkin akan melakukan apa yang dilakukan emas. Harganya mencapai US$2.000, dan kemudian itu berkonsolidasi di pasar bullish sejak itu."
Bitcoin naik menjadi hanya US$18.500 pada Selasa sebelum jatuh mendekati US$17.200 tak lama kemudian, berdasarkan data TradingView.com. Sejak itu, aset telah diperdagangkan ke samping, berkonsolidasi di antara dua level tersebut. Dalam skala jangka panjang, McGlone mengharapkan kenaikan lebih lanjut untuk Bitcoin di tahun-tahun mendatang.
"Hal utama tentang Bitcoin tahun ini sangat sederhana, hanya menambahkan satu di depan nomor. Ingat, itu sekitar US$7.000 pada akhir tahun lalu. Yang saya khawatirkan, jika Anda melihat kinerja masa lalu, yang berpotensi menunjukkan masa depan, atau dua tahun depan dapat menambahkan angka nol di belakang angka."
Dengan referensi ke US$7.000 menjelang akhir 2019, Bitcoin menambahkan satu ke angka itu, menjadikannya US$17.000. Menambahkan nol di belakang US$17.000 memberikan proyeksi masa depan US$170.000 (Rp2,4 miliar).
McGlone menyinggung sejumlah poin penting lainnya selama segmen singkat, termasuk referensi tentang perubahan harga Bitcoin.
"Bitcoin menjadi emas versi digital," jelasnya. "Satu poin penting yang terjadi tahun ini adalah volatilitas Bitcoin yang menurun," katanya. Faktanya, ini adalah yang terendah versus emas.
Baca Juga: Bitcoin Capai Level Tertinggi di Sejumlah Mata Uang
Ahli strategi juga menjelaskan volatilitas Bitcoin yang rendah terhadap Nasdaq, barometer pasar arus utama yang umum.
McGlone juga menyebutkan "FOMO (takut kehilangan momen) institusional" pada Bitcoin sejalan dengan pencetakan uang. Tahun ini telah melihat sejumlah pemain keuangan arus utama membeli tumpukan Bitcoin, seperti MicroStrategy dan Jack Dorsey's Square.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: