Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perjuangkan Kemerdekaan RI, HNW: Jangan Sekali-Kali Lupakan Jasa Ulama (Jas Hijau)!

        Perjuangkan Kemerdekaan RI, HNW: Jangan Sekali-Kali Lupakan Jasa Ulama (Jas Hijau)! Kredit Foto: MPR
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr.  H. M. Hidayat Nur Wahid (HNW), MA menjelaskan, para Ulama termasuk Habaib ikut berperan memperjuangkan Indonesia Merdeka. Para Ulama termasuk Habaib juga berperan besar dalam merumuskan serta berkompromi, menyepakati, dan menyelamatkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

        Karena itu, sudah semestinya jika Pancasila yang dibuat dengan kompromi dari tokoh-tokoh Umat Islam bersama tokoh-tokoh bangsa lainnya itu sejak semula tidak dibuat dalam rangka memusuhi Umat Islam. Jangan sampai pada akhirnya justru dipakai sebagai alat represif untuk memecah-belah bangsa dengan mencelakai Habaib, Ulama, dan Umat Islam.

        Baca Juga: Pangdam Jaya Tegas Peringatkan FPI, Fadli Zon dan HNW Ikut Buka Suara

        Pernyataan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid saat menyampaikan sosialisasi Empat Pilar, kerja sama antara MPR dengan Yayasan Silaturahim Kumpul Bareng Anak Tenabang (Sikumbang) pada Kamis (19/11/2020) malam. Sikumbang adalah organisasi yang menaungi para pendekar, guru silat, dan tokoh masyarakat yang ada di wilayah Tanah Abang.

        Peran ulama dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara, kata HNW, terjadi saat Panitia Sembilan menyepakati lima sila sebagai Dasar Negara Indonesia yang Merdeka. Selain itu, Ulama juga berjasa besar dalam menyelamatkan Pancasila dan proklamasi Indonesia Merdeka dengan mengakomodasi tuntutan masyarakat  Indonesia Timur untuk mengubah sila pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Keterlibatan ulama itu dibuktikan dengan banyaknya istilah bahasa Arab yang merujuk ke Alquran dan Hadits di dalam sila-sila Pancasila.

        "Jadi, dalam perumusan Pancasila dan menyepakatinya hingga finalnya pada 18 Agustus 1945, di situ ada peran Ulama-Ulama yang sangat besar sehingga jadi tidak wajar bila Pancasila dibuat untuk menjadi dalih memusuhi umat Islam (Islamophobia). Akan tetapi, juga tidak wajar bila Umat Islam malah menolak Pancasila (IndonesiaPobhia)," tegasnya.

        Oleh karena itu, HNW mengimbau para pendekar dan guru silat di Tanah Abang untuk bersama-sama memahami dan mengamalkan dasar negara Pancasila itu dalam kehidupan sehari-hari. "Apalagi, Pancasila itu merupakan salah satu dari empat pilar MPR RI bersama dengan UUD NRI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika," katanya menambahkan.

        HNW berharap, Sosialisasi Empat Pilar MPR RI ini akan menambah kokoh dan memperkuat langkah para pendekar dan guru silat di Tanah Abang untuk tetap berbuat hal-hal yang positif bagi bangsa dan negara. Dia juga mengingatkan, peran ulama bukan hanya saat pembahasan Pancasila, tetapi juga saat memperjuangkan dan mempertahankan Indonesia merdeka. Salah satunya adalah Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang dikumandangkan oleh KH Hasyim Asyari.

        Resolusi itu mampu memperkuat semangat para santri, kiyai, guru silat, dan pendekar untuk membentuk Laskar Kiai, Laskar Santri, Laskar Hizbullah, berjuang bersama Rakyat dan TRI, melawan kembalinya penjajah Belanda. "Sejarah mencatat suksesnya perjuangan Resolusi Jihadnya KH Hasyim Asy’ari dan kedekatan KH Subchi Parakan dengan Jendral Sudirman, Bapaknya TNI," tegasnya.

        HNW menuturkan bahwa para Habaib juga memiliki peran yang besar bagi bangsa ini. Misalnya,  Habib Husein Al Mutahhar yang menciptakan lagu-lagu, seperti Hari Merdeka, Syukur Umat, tulus ikhlas, dan tetap bersemangat mencintai dan membela Indonesia Merdeka. Lalu, ada pula Habib Ali Kwitang yang melalui jaringan jemaah dan majlis taklimnya menyosialisasikan dan mendukung proklamasi Indonesia Merdeka.

        "Yang tak kalah penting adalah peran ulama sekaligus pimpinan Partai Islam Masyumi, M Natsir, yang melalui mosi Integral 3 April 1950 berjasa besar mengembalikan Republik Indonesia menjadi NKRI, setelah sebelumnya diubah oleh penjajah Belanda menjadi RIS," tuturnya.

        HNW berharap, pemahaman sejarah yang benar itu terus dipertahankan oleh para guru silat dan pendekar silat di Tanah Abang. Apabila ada kelompok Komunis atau pihak lain yang ingin membegal atau membelokkan perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara, keluar dari dari kompromi dan cita-cita Indonesia Merdeka, wajar bila warga Indonesia menolaknya dengan tetap mempertahankan NKRI dan Pancasila.

        "Karena Indonesia dan Jakarta faktanya adalah warisan jihad/ijtihad/mujahadah/musyawarah/tadhiyyah dan hadiah para ulama dan habaib," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: