Bayi Singapura Dapat Mukjizat, Lahir dengan Antibodi Covid-19 dari Ibu yang Positif Corona
Tangis bahagia meledak, saat warga Singapura bernama Celine Ng-Chan yang terinfeksi Covid-19 pada masa kehamilan, melahirkan anak keduanya di National University Hospital (NUH) pada 7 November 2020.
Anak Ng-Chan yang berjenis kelamin laki-laki, hadir ke dunia dalam kondisi sehat dan selamat. Tak kurang suatu apa pun. Beratnya 3,5 kg. Bayi bernama Aldrin Zaccheus Chan itu tak hanya bebas dari Corona, tetapi juga memiliki antibodi Covid-19.
Baca Juga: OMG! Corona di Singapura Benar-benar Hampir Lenyap Gegara...
Padahal, Ng-Chan positif Covid saat usia kehamilannya mencapai 10 minggu.
"Ini menakjubkan. Dokter anak bilang, saya sudah tak memiliki antibodi Covid-19 lagi. Tapi, Aldrin punya. Dokter menduga, saya mentransfer antibodi Covid-19 ke Aldrin, selama masa kehamilan," ungkapnya.
Ng-Chan menuturkan, masa kehamilannya sangat dramatis. Ia, ibu, dan anak perempuannya terjangkit Covid sepulang liburan keluarga dari Eropa pada Maret 2020. Suami dan ayahnya, aman tak terinfeksi.
Sang ibu yang berusia 58 tahun, Choy Wai Chee bahkan nyaris dijemput maut. Wanita yang berprofesi sebagai Office Manager itu dirawat selama 4 bulan. Hidupnya dibantu mesin selama 29 hari.
Sementara Ng-Chan dan putri sulungnya, Aldrina hanya mengalami gejala ringan dan dirawat 2,5 pekan.
Saat dinyatakan positif Covid, Ng-Chan sedang hamil 10 minggu. "Kala itu, saya tak khawatir Aldrin tertular Covid. Karena saya tahu, risiko penularan dari ibu ke janin tergolong rendah," kenangnya.
Ng-Chan juga termotivasi oleh kisah suami istri Natasha dan Pele Ling, yang terinfeksi Covid pada Maret 2020. Ling, terapi wicara dan bahasa berusia 29 tahun, dinyatakan positif Covid di tengah kehamilannya yang menginjak usia 36 minggu.
Ling kemudian melahirkan Boas pada 26 April di NUH. Boaz sepertinya adalah bayi pertama yang lahir di Singapura, dengan antibodi Covid-19.
Ketua Divisi Obstetri dan Ginekologi di RS Wanita dan Anak KK (KKH), Associate Professor Tan Hak Koon mengatakan kepada The Straits Times, pihaknya hanya sedikit menangankan wanita hamil yang terinfeksi Covid-19. Bahkan, tak ada yang sampai melahirkan.
Mengacu pedoman yang diterbitkan Royal College of Obstetricians and Gynecologists di Inggris pada Oktober 2020, Prof. Tan menyebut penularan Covid-19 dari wanita hamil ke bayinya selama kehamilan, jarang terjadi.
Bukti saat ini juga menunjukkan, kemungkinan bayi baru lahir tertular Covid-19 dari ibunya, tidak dipengaruhi oleh cara persalinan, pilihan makanan seperti ASI atau botol. Bahkan, jika ibu dan bayi tinggal di kamar yang sama setelah melahirkan.
Di NUH, bayi yang lahir dari wanita yang telah pulih dari Covid-19, dinilai secara komprehensif oleh tim dokter. Secara umum, pengujian invasif untuk Covid-19 tidak akan diperlukan pada bayi tanpa gejala yang sehat, jika ibunya - yang menderita Covid-19 di awal kehamilannya - telah sepenuhnya pulih dan kemudian dinyatakan negatif Covid-19.
Tanpa menyebut angka, juru bicara rumah sakit mengatakan, darah ibu dan tali pusat diproses menggunakan reaksi berantai polimerase standar. Sejauh ini, semua pasangan ibu-bayi baru lahir dinyatakan negatif.
"Saya sangat bersyukur. Masa kehamilan dan proses kelahiran saya berjalan lancar, meski didiagnosis Covid-19 pada trimester pertama: tahap kehamilan paling tidak stabil. Saya sangat diberkati, bisa memiliki Aldrin. Dia lahir dengan sangat sehat," papar Ng-Chan.
"Saya merasa lega, perjalanan Covid-19 saya akhirnya berakhir," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: