Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Awas Jangan Salah Pilih! Pahami Cara Beli Reksadana yang Tepat di Sini!

        Awas Jangan Salah Pilih! Pahami Cara Beli Reksadana yang Tepat di Sini! Kredit Foto: Freepik
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Berbicara investasi tak akan jauh dari reksadana yang sangat cocok bagi investor pemula karena ada yang akan mengarahkan. Namun, memulai investasi jangan langsung serakah dengan jumlah besar. Jangan pula gegabah mengikuti arahan tanpa menganalisa. Lebih baik, sambil menyelam minum air berinvestasi dengan skala kecil terlebih dahulu.

        Melalui kanal YouTube Raditya Dika yang bertajuk 'Gini Lho Cara Beli Reksadana', Raditya Dika ditemani oleh Ligwina Hananto yang merupakan seorang ahli dalam perencanaan keuangan.

        Sejak awal video, Radit sudah mengingatkan agar mulai lah dengan uang kecil terlebih dahulu dan pahami instrumen yang dipilih. Sambil mencoba, sambil belajar bisa dengan aplikasi reksadana yang akan memudahkan para investor pemula seperti aplikasi Bibit.

        Baca Juga: Istri Manoj Punjabi Borong Saham MD Pictures Hampir Setengah Miliar Rupiah!

        Sebelum masuk ke pengertian reksadana, ada baiknya pahami dulu apa itu pasar modal. Pasar modal akan merujuk pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk diketahui, efek adalah surat berharga yang bisa diperdagangkan. Apa saja? Yaitu surat kepemilikan perusahaan (saham) dan surat pernyataan pinjaman (obligasi).

        Semenatra reksadana adalah portofolio yang berisikan dari berbagai macam surat berharga, bisa hanya obligasi, bisa juga digabung dengan saham atau malah hanya saham.

        Ligwina Hananto pun menganalogikan BEI sebagai pasar induk buah, lalu buahnya adalah surat berharga dan reksadana adalah rujak yang terdiri dari berbagai macam buah. Dengan membeli 'rujak' atau reksadana, maka secara langsung maka akan memiliki berbagai macam 'buah' alias surat berharga, baik saham atau obligasi dengan harga yang juga murah.

        Reksadana adalah media yang dikelilingi oleh para analis obligasi ataupun saham yang mengumpulkan surat berharga terbaik. Sementara itu, reksadana saham adalah sebuah media investasi yang mengumpulkan uang dari masyarakat, kemudian uang tersebut dikelola untuk membeli saham tergantung analisa yang diinginkan.

        Reksadana berbeda dengan membeli saham secara langsung. Membeli saham secara langsung berarti mengatur portofolio sendiri. Sementara itu, reksadana bersifat akumulatif yakni sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Hasilnya akan digunakan untuk tujuan finansial.

        Reksadana juga bisa dimulai hanya dengan uang Rp100 ribu secara rutin setiap bulan. Dari dana sebesar itu, portofolio yang dibeli pun sudah terdiversifikasi yakni terdiri dari berbagai macam surat berharga. Berbeda dengan saham, apabila bulan ini membeli Rp100 ribu, belum tentu bulan depan bisa membeli dengan dana yang sama karena harga saham bisa naik ataupun turun.

        Jika ingin memulai reksdana dengan jangka panjang untuk pensiun, cobalah untuk mulai berinvestasi dengan cara 'dana seharga sebelah sepatu'. Apabila sepatu yang biasa digunakan seharga Rp300 ribu, cobalah mulai investasi rutin di reksadana dengan Rp150 ribu setiap bulan, rutin dan jangka panjang.

        Baik reksdana ataupun saham sejatinya adalah instrumen untuk mencapai keuangan, bukan untuk kaya. Namun, jika tujuan keuangan sudah tercapai sebelum tenggat waktu yang ditentukan, maka akan lebih baik dana tersebut disimpan ke dalam instrumen yang generatif seperti deposito, obligasi atau saham yang memiliki dividen. Jadi, dana tersebut tinggal dinikmati keuntungannya saja.

        Apabila ingin menaruh di reksadana, maka dari berbagai jenis reksadana yang ada, yang cocok adalah reksadana proteksi karena sistemnya obligasi dan dikunci selama kurun waktu tertentu. Dalam setiap satu atau tiga bulan, keuntungan tersebut dapat langsung dikirimkan ke rekening pribadi.

        Reksadana memiliki berbagai jenis yang paling populer yaitu reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksana campuran dan reksadana saham. Berikut penjelasannya!

        1. Pasar Uang

        Isi pasar uang adalah produk yang sangat likuid, biasanya produk campuran tabungan deposito dan obligasi di bawah 1 tahun. Level risiko dari pasar uang juga yang paling rendah.

        2. Pendapatan Tetap

        Reksadana pendapatan tetap disi oleh 80% obligasi. Level risiko jenis ini berada di tingkat kedua.

        3. Campuran 

        Reksadana campuran biasa diisi dengan obligasi dan saham, namun biasanya 80% saham. Sehingga level risiko jenis ini cukup tinggi.

        4. Saham

        Reksdana yang hanya berisi saham dan memiliki risiko yang cukup tinggi.

        Cara penggunaan reksadana ini yaitu tentukan tujuan keuangan yang ingin dicapai. Tujuan keuangan bisa di bagi ke dalam tiga jangka waktu, yaitu 5tahun, 5-10 tahun dan di atas 15 tahun.

        Apabila jangka waktu tujuan keuangan yang ingin dicapai berada di bawah 5 tahun, maka pilihlah reksadana pasar uang atau tabungan deposito. Lalu, jika jangka waktunya 5-10 tahun, bisa pilih reksana pendapatan tetap atau campuran.

        Sementara, kalau jangka waktunya 10 tahun, pilihlah reksadana campuran. Namun, jika jangka waktunya di atas 15 tahun pilihlah reksadana saham. Harus dipahami bahwa jika jangka waktu tujuan keuangan berubah, maka produk yang digunakan juga bisa berubah.

        Adapun tips untuk pemula yang baru masuk ke reksadana, cobalah untuk memulai di pasar uang dengan tujuan dana darurat. Reksadana pasar uang mirip seperti menabung yakni mengeluarkan dana rutin setiap bulannya.

        Ingatlah bahwa investasi bukan soal gaya-gayaan, tidak ada yang benar ataupun salah dalam berinvestasi, dan tidak ada yang lebih baik pula. Karena keputusan finansial setiap orang tidak sama dan pasti berbeda. Para investor pemula bisa memulai reksadana di bank, asuransi atau aplikasi seperti Bibit.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: