Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Elastisitas Permintaan?

        Apa Itu Elastisitas Permintaan? Kredit Foto: Unsplash/nicotitto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Elastisitas permintaan adalah istilah ekonomi untuk menggambarkan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga dari barang tersebut. Elastisitas harga digunakan oleh para ekonom untuk memahami bagaimana penawaran atau permintaan berubah mengingat perubahan harga untuk memahami cara kerja ekonomi riil.

        Karena jumlah permintaan hampir selalu turun jika harga naik, elastisitas permintaan biasanya bernilai negatif, walaupun para ahli ekonomi kadang tidak menulis tanda negatif tersebut. Permintaan suatu barang dikatakan bersifat elastis jika elastisitasnya lebih besar dari 1, artinya kenaikan harga sebesar 1% menghasilkan penurunan permintaan yang lebih besar dari 1%.

        Baca Juga: Apa Itu Elastisitas Penawaran?

        Namun, ada beberapa barang yang sangat tidak elastis, artinya, perubahan harga tidak memengaruhi perubahan penawaran atau permintaan. Seperti orang perlu membeli bensin untuk pergi bekerja atau bepergian ke seluruh dunia, dan jika harga minyak naik, orang kemungkinan besar masih akan membeli bensin dalam jumlah yang sama.

        Jika kuantitas yang diminta suatu produk menunjukkan perubahan besar sebagai respons terhadap perubahan harganya, hal itu disebut elastis. Jika kuantitas yang dibeli mengalami sedikit perubahan sebagai respons terhadap harganya, hal itu berarti tidak elastis.

        Dengan kata lain, di dunia di mana orang-orang sama-sama menyukai kopi dan teh, jika harga kopi naik, orang tidak akan kesulitan beralih ke teh, sehingga permintaan kopi akan turun. Ini karena kopi dan teh dianggap sebagai pengganti yang baik satu sama lain.

        Elastisitas permintaan juga dapat digunakan untuk memprediksi efek atau beban yang ditimbulkan oleh pajak terhadap barang tersebut.

        Faktor Penentu Elastisitas Permintaan

        1. Ketersediaan barang pengganti

        Semakin banyak barang substitusi yang tersedia, permintaan akan cenderung semakin elastis, karena pembeli dapat membeli barang lain bahkan jika harga berubah sedikit saja. Jika tidak ada pengganti yang cocok, efek substitusi menjadi mengecil dan permintaan menjadi cenderung tidak elastis.

        2. Persentase dari pendapatan pembeli

        Semakin tinggi harga barang, elastisitas cenderung lebih tinggi, karena pembeli akan lebih berhati-hati dalam membeli barang tersebut. Efek ini disebut efek pendapatan dan pengaruhnya cukup besar.

        3. Kebutuhan

        Semakin penting kebutuhan akan suatu barang, permintaan cenderung menjadi tidak elastis karena pembeli akan membelinya tanpa memperdulikan harga. Contohnya adalah obat insulin bagi mereka yang membutuhkan.

        4. Durasi

        Umumnya, semakin lama perubahan harga barang bertahan, elastisitas akan semakin tinggi, karena konsumen memiliki waktu dan kesediaan untuk mengubah perilaku konsumsinya. 

        Sebagai contoh, jika harga bahan bakar minyak (BBM) naik, dalam jangka pendek konsumen akan tetap membutuhkannya dan membelinya dengan jumlah yang sama. Namun, jika harga yang tinggi bertahan lama, konsumen akan mencari cara untuk mengurangi kebutuhan BBM-nya, misalnya dengan menggunakan kendaraan umum, atau membeli kendaraan yang lebih hemat BBM.

        5. Loyalitas merek

        Loyalitas terhadap suatu merek dapat mengurangi sensitivitas terhadap perubahan harga, sehingga permintaan menjadi tidak elastis. Loyalitas ini dapat terjadi karena kebiasaan atau karena adanya penghalang untuk berganti merek.

        6. Pembayar

        Jika pembelian dibayar oleh pihak lain, permintaan cenderung tidak elastis, sebagai contoh pengeluaran dinas yang ditanggung perusahaan atau negara.

        7. Barang yang adiktif

        Barang-barang yang bersifat adiktif atau dapat menyebabkan kecanduan cenderung memiliki permintaan tidak elastis, karena konsumen yang sudah kecanduan akan terpaksa membelinya sekalipun harganya berubah drastis. Sebagai contoh adalah rokok, minuman keras, atau heroin.

        Aturan umumnya adalah jika kuantitas barang yang diminta atau dibeli berubah lebih dari perubahan harga, maka produk tersebut disebut elastis.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: