Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Industri Sawit: Jalan Keluar Krisis Energi di Masa Depan

        Industri Sawit: Jalan Keluar Krisis Energi di Masa Depan Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas Prof. Reni Mayerni mengatakan, sektor pengembangan industri kelapa sawit sangat strategis bagi pembangunan perkebunan di Indonesia karena mampu menjadi pengungkit dan pelopor pembangunan agrobisnis nasional.

        "Ada dua potensi energi yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit, yaitu biodiesel dan biopower. Biodiesel dihasilkan dari pengolahan lebih lanjut dari minyak kelapa sawit, sementara biopower dihasilkan melalui penggunaan residu pengolahan tandan buah segar atau TBS sebagai bahan bakar pembangkit listrik," kata Prof Reni dalam keterangan resminya, Kamis (11/2/2021).

        Prof. Reni menuturkan bahwa industri ini juga berkontribusi dalam pembangunan daerah, sebagai sumber daya penting untuk pengentasan kemiskinan. Minyak sawit merupakan produk pertanian yang paling siap sebagai sumber energi terbarukan.

        Baca Juga: Perkembangan Industri Sawit Indonesia Mampu Jadi Pengungkit Agrobisnis Nasional

        "Kehadiran minyak sawit menjadi biodiesel sangat strategis untuk mendukung upaya pemerintah mengantisipasi krisis energi di masa depan serta membantu menekan subsidi bahan bakar minyak atau BBM yang berasal dari energi minyak mentah," bebernya.

        Sementara itu, Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurachman menyatakan bahwa ekonomi Indonesia akan mulai pulih di tahun 2021. Kebijakan pemerintah melanjutkan program pemulihan ekonomi nasional atau PEN di APBN, serta implementasi UU Cipta Kerja dan pelaksanaan vaksinasi, akan dapat mendorong aktivitas ekonomi, peningkatan konsumsi dan investasi, sehingga ekonomi akan pulih.

        "Faktor utama pendorong ekonomi Indonesia 2021 antara lain penanganan pandemi Covid-19, yakni pengendalian kasus Covid-19 serta ketersediaan vaksin di tahun 2021," kata Eddy.

        Faktor lainnya, lanjut Eddy, yakni dukungan kebijakan fiskal ekspansif untuk melanjutkan PEN. Dukungan sisi permintaan melalui penguatan bantuan sosial, dukungan sisi penawaran berfokus pada insentif pajak, serta bantuan kredit dan jaminan untuk UMKM dan koperasi.

        "Lalu faktor lainnya seperti percepatan reformasi dan sumbangan sektor industri sawit dan energi sangat berpengaruh. Implementasi program mandatori B30 yang dapat dipertahankan selama pandemi. Kemudian reformasi produktivitas, daya saing dan iklim investasi. Juga, melalui UU Cipta Kerja, reformasi anggaran, dan Lembaga Pengelola Investasi atau LPI," tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: