Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Akhirnya Kelakuan SBY Dibongkar Juga, Panik Nih Ye...

        Akhirnya Kelakuan SBY Dibongkar Juga, Panik Nih Ye... Kredit Foto: Instagram/Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat Politik dan Praktisi Hukum Saiful Huda Ems menanggapi pernyataan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyeret sejumlah nama menteri Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dalam pusaran badai ancaman Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat. Baca Juga: Presiden Jokowi Ungkap Indonesia Beruntung Bisa Menggelar Program Vaksinasi Covid-19

        Menurut dia, SBY SBY terlihat sedang panik dan ingin mengadu domba antar menteri Presiden.

        "Pastilah tidak akan kesulitan menangkap ujung dari maksud pernyataan SBY ini yang tiada lain hanyalah memperjelas i'tikad buruknya SBY yang ingin mengadu domba sesama pembantu Presiden, agar satu sama lain saling jaga jarak karena khawatir sudah ada yang mendekat atau didekati SBY untuk suksesi RI 1 2024," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (25/2/2021). Baca Juga: Prahara Kudeta AHY, SBY Ungkit-ungkit Pengalamannya Pimpin RI 2 Periode

        "Selain itu pernyataan SBY yang merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat adalah bentuk kepanikan luar biasa yang sangat gamblang, cetho welo-welo dari seorang pembesar partai yang menjadikan partainya nyaris seperti kerajaan atau perusahaan yang semuanya dikuasai keluarganya sendiri," lanjutnya.

        Sebelumnya, SBY menyatakan bahwa Mahfud MD, Yasonna Laoly, Listyo Sigit dan Budi Gunawan tidak akan mungkin ikut-ikutan untuk mendongkel atau merebut kepemimpinan Partai Demokrat, kecuali Moeldoko yang dikatakannya berniat untuk itu, dan hal itu dianggap SBY telah memperburuk nama baik Presiden Jokowi.

        Menurut Saiful sebagaimana fakta telah berbicara, Moeldoko selama ini sangatlah fokus dengan kerjanya sebagai Kepala Staf Kepresidenan yang setiap hari selain menemani kerja Presiden dan berusaha membantu mengatasi persoalan-persoalan kebangsaan dan kenegaraan.

        "Moeldoko sekarang menjadi Kepala Staf Kepresidenan yang selain kesibukannya mendampingi Presiden Jokowi, tiap saat, tiap hari antri berjubel banyak orang dari ketua-ketua parpol, ketua-ketua ormas, pengusaha sampai orang-orang kecil yang ingin bertemu dan diperhatikannya," ucap Saiful.

        Dia mengatakan bahwa jika dahulu SBY berjaya dan pernah membawahi Moeldoko, sekarang sudah berbeda. Posisi Moeldoko saat ini sudah sangat bagus melebihi posisi AHY yang tidak berposisi dan jauh melebihi posisi SBY yang juga tak berposisi di pemerintahan.

        "Saya pikir orang yang super sibuk seperti Moeldoko ini, tidak akan sempat berpikir bagaimana merebut posisi ketua umum partai, apalagi partai yang dalam Pemilu 2019 lalu nyaris menjadi partai gurem," jelasnya. 

        Justru fakta yang sesungguhnya terjadi, lanjutnya, banyak tokoh-tokoh Partai Demokrat yang mendatangi Moeldoko dan memohonnya untuk menjadi ketua umum melalui KLB untuk menyelamatkan partai dan tidak menjadi partai kawah candradimukanya kemaksiatan politik.

        Dia pun menilai saat menghadapi ancaman badai KLB Partai Demokrat, sangat terlihat nyata SBY tidak mau instropeksi diri bagaimana bisa orang-orang terdekatnya tiba-tiba bersuara keras di ruang-ruang publik untuk meminta Partai Demokrat agar selekasnya menyelenggarakan KLB dengan mengganti ketua umumnya.

        "Saya dan teman-teman sendiri entah mengapa, yang awalnya ingin mencegah Moeldoko agar tidak usah saja ambil bagian dari rencana penggantian Ketum PD ini karena PD akan jadi partai gurem, mendadak bersemangat untuk ikut mendorong Moeldoko menjadi Ketum PD," ungkapnya.

        Hal itu dia sampaikan demi membersihkan negara ini dari Politisi Ondel-Ondel, hingga bangsa ini dapat dengan mudah ditata. "Dan itu salah satu caranya, adalah mengganti ketum parpol yang hanya bisa bersolek saja. Pasang baliho-baliho besar bergambar wajahnya dan hanya tercantum namanya saja tanpa pesan moral politik apa-apa," jelasnya.

        Namun, kata dia, tentu saja semua usaha menggantikan ketua umum partai itu haruslah melalui proses-proses yang demokratis, diantaranya melalui KLB dan mempresentasikan pemikiran-pemikiran brilian untuk modernisasi parpol yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan negara di masa depan.

        "Siapa tau dengan cara seperti itu suara partai seperti Partai Demokrat itu kembali meroket, dan para pengurus serta kadernya menjadi tumpuan baru harapan rakyat yang mendambakan Parpol yang modern dan serius memperjuangkan aspirasinya," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: