Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Sukses Founder Baba Rafi, dari Bisnis Kecil hingga Miliki Ribuan Outlet sampai ke Luar Negeri

        Kisah Sukses Founder Baba Rafi, dari Bisnis Kecil hingga Miliki Ribuan Outlet sampai ke Luar Negeri Kredit Foto: YouTube/Christina Lie
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Nilam Sari adalah pendiri dan CEO dari Kebab Baba Rafi. Saat ini Kebab Baba Rafi sudah berdiri lebih dari 1400 outlet, bahkan sampai ke 9 negara. Bersama Christina Lie, pendiri 101RED dalam vide YouTube bertajuk "DARI HUTANG 14 MILIAR KINI PUNYA 1400 OUTLET KEBAB!", Nilam Sari menceritakan perjalanan bisnisnya.

        Saat memulai Baba Rafi, Nilam bercerita mengeluarkan modal Rp4 juta yang hari ini senilai Rp10 juta. Nilam tak memiliki background di bidang kuliner, ia bahkan lulusan Jurusan Komunikasi di Universitas Airlangga, tetapi bisnisnya justru sukses besar hingga sekarang.

        Baca Juga: Modal Rp900 Ribu Jadi Cuan Rp1,4 Miliar, Ini Rahasia Arli Kurnia Berbisnis Tanpa Utang!

        Awal berbisnis, Nilam bercerita bahwa memang kebutuhan ekonomi. Nilam pun memulai bisnis yang terinspirasi dari teman yang memiliki bisnis gerobakan. Dengan modal Rp4 juta, akhirnya benar-benar Nilam wujudkan bisnis gerobak yang awalnya berjualan Burger yang sukses besar hingga memiliki 6 gerobak dalam waktu satu tahun.

        Hingga suatu hari, muncullah kompetitor yang berjualan Burger dan Hotdog. Akhirnya, bisnis Nilam kalah dan tutup.

        Nilam pun mengungkap bahwa berjualan di pinggir jalan justru tidak baik karena akan berurusan dengan Satpol PP. Karena itu, Nilam berkata lebih baik sewa tempat. Permasalahan selanjutnya dari bisnis gerobakan adalah berurusan dengan preman hingga karyawan yang cepat resign.

        Nilam hanya mengungkap bahwa itulah risiko pengusaha sehingga ia pun tegar menghadapi hingga sukses sampai hari ini.

        "Jalani aja, happy aja," tandas Nilam.

        Bahkan, Nilam pernah pindah 10 kali tempat hanya untuk mencari konsumen dari satu gerobak. Karena itu, Nilam mengungkap risiko bisnis gerobakan itu kecil, jika tidak laku tinggal pindah dan cari tempat baru.

        "Bisnis tuh memang harus kuat mental," ujar Nilam.

        Selain itu, jika berbisnis makanan gerobakan harus pintar dalam mengelola stok. Bahan baku makanan jangan terlalu banyak untuk dijual harian. Selain itu, lebih baik juga bahan baku untuk jualan berjenis frozen food sehingga bisa lebih awet.

        Banyak orang yang baru berbisnis gerobakan langsung tutup baru 1-2 tahun berjalan karena Nilam melihat orang itu cepat merasa kapok. Padahal, Nilam berujar bahwa perlu mental 'bandel' dalam berbisnis.

        "Kalau bukan kita yang percaya kepada bisnis kita, lalu siapa?" itulah kata-kata yang selalu Nilam tanamkan ke dalam dirinya untuk bertahan dalam berbisnis.

        Harga franchise Kebab Baba Rafi memang tergolong tak murah, yakni berkisar Rp75 juta. Tetapi, Nilam mengungkap semuanya telah di cover seperti lokasi, karyawan, gerobak dan bahan baku. Jika orang yang mulai berbisnis bingung soal karyawan, tinggal meminta karyawan dari kantor Baba Rafi. Bisa juga meminta tolong dipilihkan lokasi baru.

        Dalam proses menuju 1400 outlet, Nilam bercerita bahwa ia merekrut karyawan secara pelan-pelan. Jika awalnya ia hanya memiliki 6 outlet yang bisa ia kelola sendiri, ia mulai berpikir sulit jika outlet mulai banyak. Karena itu, ia mulai merekrut karyawan seperti yang mengantar stok ke outlet, mengurus administrasi hingga supervisor.

        Lebih lanjut, Nilam bercerita bahwa kenakalan karyawan itu pasti terjadi. Tinggal bagaimana kita merancang sistem untuk mencegah hal tersebut.

        "Bisnis itu tidak ada yang autopilot, yang paling penting adalah kita kroscek," ujar Nilam.

        Hari ini, Baba Rafi juga ada di luar negeri. Nilam bercerita bahwa kita harus keluar dari zona nyaman yakni berada di negeri sendiri. Nilam ingin brand Indonesia juga bisa keluar negeri, tak hanya brand luar yang ke Indonesia.

        Langkah pertama yang dilakukan Nilam adalah bergaul hingga mengikuti seminar dengan level internasional. Paling tidak, setiap minggu kenalan dengan satu orang. Lalu, kenalan lewat sosial media dan internet. Jika sudah punya kenalan, harus follow up.

        Ada kisah yang cukup mencengangkan, pasalnya Nilam bercerita pada usianya menginjak 26 tahun pada tahun 2009, ia memiliki utang mencapai Rp14 miliar. Awal mulanya, Nilam pindah ke Jakarta dari Surabaya. Lalu ia membeli rumah, ruko, kos-kosan bahkan mengakuisisi sebuah perusahaan yang ia tidak tahu itu perusahaan apa. Karena itulah, utang Nilam menumpuk dan bisnisnya pun sedang tersendat karena masih terasa krisis 2008.

        Lalu, Nilam tiba-tiba dapat beasiswa S2 yang padahal ia tidak lulus S1. Namun, karena ia membutuhkan ilmu dalam berbisnis, ia pun negosiasi untuk tetap belajar menempuh SKS S2 ini, tetapi Nilam hanya mendapat sertifikasi.

        Dari sini, Nilam bertemu dengan orang-orang hebat yang bisa membagikan berbagai sudut pandangnya. Sejak itulah, Nilam merekrut tenaga ahli di bidang finance, logistik, hingga operation di tengah banyaknya perusahaan bangkrut akibat krisis 2008. Hingga rangkaian sistem dikerjakan, dalam waktu 1,5 tahun bisa mencapai kembali rasio utang normal.

        "Ketika perusahaan sedang turun tuh ya hadapi aja," ujar Nilam. "Pastikan mencari supplier yang mau bersama saat senang dan susah," tambah Nilam.

        Setelah itu, Nilam mulai masuk ke ranah internasional. Negara pertama yang didatanginya adalah Malaysia karena saat itu Nilam masih merekrut orang yang bisa mengatur SOP dalam Bahasa Inggris. Barulah orang dari Malaysia yang datang ke Indonesia untuk pembahasan lebih lanjut mengenai kelanjutan bisnis Baba Rafi di Malaysia nanti. Barulah negosiasi harga dan mereka pun mengirim tim untuk pelatihan mengenai bisnis Baba Rafi ini.

        Sebagai penutup, Nilam menyampaikan bahwa penting adanya untuk berinvestasi pada diri sendiri. Meski harus bertemu seseorang dan mengeluarkan dana ongkos, makan, minum, tapi kamu akan belajar sesuatu darinya. Jangan lupa juga untuk selalu banyak bertanya. Lalu, ikutilah seminar dan sekolah.

        "Saya mengeluarkan dana miliaran untuk mengikuti sekolah dan seminar," ujar Nilam.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: