Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        KPK Datangi Kantor DPRD Jabar, Ada Apa Ini?

        KPK Datangi Kantor DPRD Jabar, Ada Apa Ini? Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendatangi kantor DPRD Jawa Barat guna melakukan sosialisasi anti korupsi lembaga anti rasuah.

        Direktur Koordinasi dan Supervisi Wilayah II Kedeputian Koordinasi dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi Yudiawan Wibisono mengingatkan ada tiga hal yang menjadi perhatian khusus pemerintah karena hal-hal tersebut berdampak buruk bagi kelangsungan bernegara.

        Pertama, paham radikalisme yg berbuntut terorisme dan disintegrasi bangsa.

        Kemudian kedua, narkoba yang merusak mentalitas generasi muda dan masadepan bangsa.

        "Dan ketiga adalah perilaku korupsi yang menghambat tatanan pembangunan perekonomian bangsa bahkan bisa menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan," katanya kepada wartawan di Bandung, Selasa (23/3/2021). Baca Juga: Empat Jempol, KPK Jaring Hampir Rp 100 Miliar dari Kasus Benur

        Yudiawan juga mencontohkan infastruktur yang roboh dan menimbulkan korban karena dibangun tidak sesuai spesifikasi akibat anggarannya dikorupsi.

        Ia juga mengungkapkan, kegiatan Koordinasi Program Pemberantasan Korupsi Terintegrasi merupakan salah satu upaya pencegahan tindak korupsi yang terdapat dalam delapan Intervensi KPK atau Monitoring Center of Prevention (MCP). Baca Juga: Anak Buahnya Langsung Pasang Badan: Anies Nggak Boleh Dikuliti KPK? Negara Rugi Rp1 T Lho...

        Selain itu, fokus KPK yang merupakan titik kerawan korupsi meliputi; Perencanaan dan Penganggaran APBD, Pengadaan Barang dan Jasa, Perizinan, APIP, Manajemen ASN, Optimalisasi Pajak Daerah, Manajemen Aset Daerah, dan Tata Kelola Dana Desa. 

        "Ini yang menjadi intervensi KPK, supaya hal tersebut dapat dibantu teman-teman DPRD Jawa Barat untuk berkordinasi dengan Pemprov," ujarnya.

        Adapun, Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat Bedi Budiman mengapresiasi positif program  yang digulirkan KPK.

        Dia juga mendukung sepenuhnya tindakan pencegahan KPK yang termaktub dalam kedelapan bidang program intervensi sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Yudiawan. 

        "Kami mengapresiasi kegiatan sosialisasi KPK dalam melakukan pencegahan korupsi di dprd jabar. Apalagi pemberantasan korupsi telah menjadi komitmen bersama," katanya usai mengikuti kegiatan  Koordinasi Program Pemberantasan Korupsi Terintegrasi.

        Senada dengan KPK, kata Bedi, Komisi I saat ini tengah melakukan fungsi pengawasan terhadap aset-aset milik daerah dan telah melakukan sejumlah langkah dalam upaya mengamankan aset milik daerah tersebut.

        Sinergi dengan aparat penegak hukum mutlak diperlukan dalam upaya menertibkan dan mengamankan aset daerah, untuk selanjutnya aset tersebut dapat dimanfaatkan untuk sarana kemakmuran umum.

        "Dalam forum tadi saya sempat berdialog dengan pak Yudiawan soal aset daerah ini. Beliau merespon untuk membantu dalam hal penertiban dan pengamanan aset Pemprov Jabar karena memang pelibatan aparat penegak hukum sangat diperlukan mengingat masalah aset cukup rumit dan memerlukan penanganan lintas kelembagaan" jelasnya.

        Bedi mencontohkan dalam persoalan sertifikasi aset ada sisi kelemahan daerah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. 

        "Beruntung Pemprov Jabar kini memiliki semangat yang sama untuk mulai berbenah, walau saya tahu mengatasi masalah tersebut haruslah ekstra kerja keras, karena sudah bertumpuk berpuluh-puluh tahun.Tapi dengan sinergitas antar lembaga saya optimis kita mampu mengatasinya, sehingga aset daerah aman secara kepemilikan dan dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran negara" ungkapnya.

        Selain itu, ia juga menanggapi terkait banyaknya pejabat atau pemimpin daerah yang terbelit kasus korupsi. 

        Berdasarkan data KPK, lanjut Bedi, sepanjang tahun 2004 - 2020 sebanyak 21 gubernur dan 129 bupati/walikota tertangkap KPK.

        "Saya juga tadi meminta tanggapan maraknya pemimpin daerah yang terkena OTT KPK. Bahkan, ironisnya sebelum menjadi pemimpin daerah mereka concern berantas korupsi tetapi ketika sudah jadi kena OTT," katanya.

        Bedi menyebutkan ada pandangan bahwa mahalnya "biaya politik" menyebabkan pejabat politik melakukan tindakan korupsi. 

        Bisa dikatakan, ada satu sistem yang membuat siapapun yang berkarir di politik itu, sulit untuk menolak godaan uang karena biaya politik yang mahal.

        Tentang hal tersebut Yudiawan menanggapi, bahwa ini adalah masalah integritas. 

        Karena integritas seseorang naik turun, dan ketika sedang goyah korupsi bisa terjadi, maka disinilah pentingnya upaya pencegahan.

        "Sepanjang pengalamannya menangani kasus di KPK, justru gaya hidup seseoranglah yang mempengaruhi, keinginan akan hidup mewah dengan jalan pintas menjadi picu awal terjadinya modus korupsi," tegas Yudiawan.

        Lebih lanjut Yudiawan menyebut, Provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 menduduki peringkat 1 progres capaian MCP se-Jabar dan peringkat 10 dalam progres capaian MCP Nasional.

        "Kita harapkan nanti dengan campur tangan KPK, Jawa Barat lebih maju lagi ke depan," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: