Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Siapa Induk Baru Kelompok Radikalis dan Intoleran? Pengamat Ajak Masyarakat Hati-Hati

        Siapa Induk Baru Kelompok Radikalis dan Intoleran? Pengamat Ajak Masyarakat Hati-Hati Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB), Rudi S. Kamri mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk terus mewaspadai tokoh atau kelompok radikalis yang menginginkan perubahan ideologi negara dari Pancasila menjadi khilafah.

        “Ada masalah yang saya bayangkan. Mereka ini sedang mencari induk semang, karena apa? mereka membutuhkan dukungan dana, mereka membutuhkan dukungan akses dan ini mereka sedang mencari. Ada potensi besar dengan prahara Partai Demokrat antara kubu AHY (Agus Harimurti Yudhoyono), dan kubu Moeldoko ini ada kesan seolah olah yang terjalin dari orang-orang yang pro kubu AHY, seolah-olah Demokrat  dari kubu Cikeas yang merasa dizalimi, " katanya, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (28/3/2021). Baca Juga: Demokrat Makin Terancam, Sekarang Terancam Nggak Ikut Pemilu, Aduh Gusti... Mas AHY Hilang

        Menurut pengamatan Rudi, penyesatan informasi ini begitu masif dikembangkan oleh mereka, padahal pemerintah sudah konfirmasi tidak terlibat apa-apa dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah konfirmasi tidak tahu menahu dengan apa yang dilakukan oleh Kepala Staf Kepresidenan.

        “Yang dilakukan oleh Jenderal Purn TNI Moeldoko ini adalah tindakan pribadi tapi yang dikembangkan oleh mereka seolah-olah ini adalah grand design yang sedang dibangun oleng Presiden Jokowi. Hoax postruth sedang merajalela," imbuhnya. Baca Juga: Demokrat Kubu AHY Lantang: Gugatan Jhoni Allen Rp55,8 Miliar Tidak Logis

        Pada saat kondisi seperti ini, Rudi menyatakan bahwa kelompok- kelompok intoleran dan pro khilafah ini melihat kelompok partai demokrat kubu AHY adalah menjadi kawan karena mempunyai musuh yang sama yaitu pemerintah presiden Jokowi . 

        “Ada adagium, siapapun lawan dari lawan kita berarti adalah kawan kita, inilah yang terjadi. Ada potensi yang kuat kelompok intoleran dan pro khilafah sekarang sedang menginduk dalam satu wadah besar dalam kelompok- kelompok Cikeas. Ini ada indikasi kesalahan dan potensi ke arah sana. saya menyampaikan ini sebagai warning bagi kita semua. Belum melihat realnya tapi saya bilang ada potensi ke arah sana. Karena mereka mempunya musuh yang sama yaitu pemerintah presiden Jokowi," tegasnya

        Rudi membeberkan cara supaya kita semua terhindar dari kelompok-kelompok tersebut yaitu mendukung sepenuhnya kekuatan politik atau partai politik yang benar-benar nasionalis yang bisa membentengi negeri ini dari kelompok-kelompok intoleran dan kelompok pro khilafah, yang kedua  harus mendukung penuh TNI dan Polri sebagai garda bangsa terdepan supaya membentengi dari ancaman kelompok intoleran dan kelompok pro khilafah. Yang ketiga, saran Rudi kepada presiden Jokowi dan para anggota kabinetnya, agar hati-hati jangan sampai menimbulkan masalah baru dan akhirnya menciptakan musuh baru, kalau ada musuh baru, mereka akan bergabung lagi dalam wadah besar lagi. 

        “Apakah Partai Demokrat pimpinan SBY dan AHY itu adalah pro khilafah? Saya katakan tidak. Mereka adalah nasionalis tapi kalau mereka berpotensi bergabung dengan kelompok kelompok pro khilafah atau kelompok intoleran, karena hanya satu kepentingannya punya musuh yang sama yaitu Presiden Jokowi dan pemerintahan yang sah saat ini. ini yang harus kita waspadai,” ungkap Rudi. 

        “Saya tidak tahu jadi apa menyarunya. Kemudian ada lagi kelompok intoleran seperti FPI yang sudah dibubarkan ini juga terlihat mereka sedang tiarap. Tapi saya tidak percaya mereka hilang dari negeri ini, yang saya percaya mereka sedang tiarap dan sedang menyusun kekuatan untuk tahun 2024” ujarnya lagi.

        Lebih jauh menurut Rudi, kelompok pro khilafah dan intoleran ini tidak akan pernah berhenti berupaya bagaimana mendongkel pancasila, ini yang harus kita waspadai. 

         “Mari kita bayangkan kalau negeri yang indah ini dikuasai oleh kelompok-kelompok yang intoleran, kelompok agama yang radikalis, kelompok agama yang membutakan keberagaman," ujar Rudi. 

        Rudi mencontohkan negara-negara yang berantakan akibat khilafah, intoleran dan radikal seperti Irak, Siria, Libanon, dan Afganistan. Menurutnya, tidak mungkin keberagaman itu dipaksanakan menjadi seragam. 

        “Indonesia takdir yang diberikan oleh Tuhan adalah Negeri yang berbhineka Tunggal Ika. Berbeda agama, berbeda suku, berbeda bahasa, berbeda budaya. Ini yang kita ikat dengan kekuatan penuh yang namanya pancasila. Ini yang coba didongkel oleh kelompok intoleran dan kelompok pro khilfah ini. Mereka tidak pernah berhenti," lanjut Rudi 

        “Kalau ini sampai terjadi, coba bayangkan tidak ada kebebasan untuk perempuan dan anak khusunya haknya dalam menentukan nasibnya seperti apa. Semua diwajibkan seragam. Anda bayangkan apa jadinya kalau hukum Islam diterapkan di negara ini. Negara yang terpecah pecah dari berbagai suku benar-benar akan terpecah karena ikatannya mulai dibuka dan akan longgar. Belum lagi penindasan kelompok-kelompok minoritas, ini yang diwaspadai," tambah Rudi. 

        “Saya tidak menebarkan ketakutan, ini adalah fakta yang sebenarnya dan realita yang kita lihat bersama di negara-negara lain,” tegas Rudi. 

        Rudi berharap kepada masyarakat Indonesia untuk tetap bisa menjaga keberagaman ini, menjaga pancasila, menjaga kebinekaan dari rongrongan kaum intoleran dan kaum khilafah yang sekarang ini sedang menyusun kekuatan.

        “Ada potensi kuat, kalau prahara partai Demokrat ini tidak dikelola dengan baik oleh pemerintah. Mereka juga akan merapat dalam satu wadah yang sama. Kita harus Hati hati, pemerintah harus waspada dan yang paling penting yang netral TNI polri harus solid untuk menjaga bangsa ini, jangan sampai kita menjadi bangsa yang selalu gaduh, bangsa yang terpecah belah. Jangan sampai terjadi,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: