Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Perusahaan Raksasa: Dari Bankir Tentara Kaisar, MUFG Kini Berpredikat Bank Terbesar Jepang

        Kisah Perusahaan Raksasa: Dari Bankir Tentara Kaisar, MUFG Kini Berpredikat Bank Terbesar Jepang Kredit Foto: Bloomberg/Tomohiro Ohsumi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mitsubishi UFJ Financial Group Incorporated atau juga dikenal sebagai MUFG adalah perusahaan holding bank dan jasa keuangan dari Jepang. Kabushiki gaisha asal Tokyo ini berpredikat salah satu perusahaan raksasa dunia menurut Fortune Global 500.

        Menurut laporan Fortune tahun 2020, MUFG duduk di peringkat ke-161 dunia. Ini diperoleh setelah ia sukses membukukan pendapatan tahunan dengan total 67,13 miliar dolar AS. Angka tersebut mengalami kenaikan 11,1 persen dari tahun 2019, sehingga peringkatnya pun ikut naik dari sebelumya di nomor 166 dunia.

        Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Dengan Cola-nya, PepsiCo Hampir Ancam Kejayaan dan Kekayaan Coca-Cola

        Beberapa catatan kunci dalam keuangannya seperti keuntungan sedikit di luar dugaan. Laba MUFG merosot 38,3 persen di tahun ini, sehingga ia hanya sukses mendapatkan laba sebesar 4,85 miliar dolar. Jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat di angka 7,87 miliar dolar.

        Selain itu, sebagai korporasi bidang perbankan, aset adalah hal penting untuk diperhatikan. MUFG di tahun ini mengelola uang sebesar 3,11 triliun dolar sebagai asetnya. Di sisi lain, nilai perusahaan ini di pasaran tembus angka 50 miliar dolar. Yang terakir yaitu ekuitas pemegang sahamnya sudah mencapai 124,65 miliar dolar.

        Sedikit gambaran di atas akan diulas lebih jauh pada artikel ringkas di bawah ini. Dikutip dari berbagai sumber, Warta Ekonomi pada Jumat (9/4/2021) ini akan menguraikannya sebagai berikut.

        Mula-mula, grup perbankan asal Tokyo ini memiliki akar sejarah cukup panjang. MUFG didahului oleh Yokohama Specie Bank yang berdiri pada 1880. Pada perjalanannya, bank tersebut berganti nama menjadi Bank of Tokyo.

        Pemerintah Jepang mendirikan Bank of Tokyo dengan tujuan menjadikannya bank internasional. Itu termasuk bank harus bertanggung jawab penuh atas semua perdagangan valas Yen.

        Secara tak terduga selama Perang Dunia II, Bank of Tokyo secara kontroversial menjadi bankir bagi Tentara Kekaisaran Jepang. Mereka tumbuh melalui penaklukkan bangsa dan wilayah di seluruh Asia.

        Terpisah, Mitsubishi Bank Limited didirikan oleh eks samurai Yataro Iwasaki. Namun perusahaan ini juga dibentuk tahun yang sama, yakni pada 1880.

        Di masa berikutnya,  Bank Mitsubishi membiayai zaibatsu Mitsubishi, yang sebagian besar saat ini adalah Mitsubishi Heavy Industries, sejak 1919.

        Perang Dunia II membawa banyak perubahan. Pascaperang, salah satu anak perusahaan Mitsubishi yaitu Mitsubishi Keiretsu dibubarkan paksa di bawah undang-undang milik AS. Dalam kesempatan itu, Mitsubishi Bank kemudian mengambil alih kebebasan yang lebih besar, meskipun masih menjadi pusat pembiayaan pertumbuhan perusahaan-perusahaan Mitsubishi.

        Melangkah lebih jauh, perjalanan Mitsubishi Bank kian kompleks. Pada April 1996, Mitsubishi Bank dan Bank of Tokyo memutuskan untuk melakukan merger. 

        Pascamerger, korporasi gabungan itu kemudian mendapat kesempatan lain. Di bulan Juli 2004, UFJ (United Financial of Japan) Holdings, grup keuangan terbesar keempat di Jepang, menawarkan merger dengan Mitsubishi Tokyo Financial Group. 

        Munculnya UFJ juga berawal dari penggabungan perusahaan yakni Toyo Trust and Banking, bagian dari Toyota Motor Corp. 

        Kesempatan emas itu sepertinya tidak disia-siakan pada manajemen perusahaan. Penggabungan kedua perusahaan induk bank tersebut selesai pada tanggal 1 Oktober 2005.

        Di balik perjalanannya menuju merger besar, raksasa itu sempat menghadapi sejumlah hambatan. Pengambilalihan UFJ oleh Mitsubishi Tokyo Financial Group ditantang oleh Sumitomo Mitsui Banking Group. Grup itu meluncurkan tawaran pengambilalihan bersaing.

        Mitsubishi Tokyo Financial Group akhirnya menang dalam pertarungan untuk mengakuisisi UFJ. Pertempuran antara dua mega-bank Jepang tampaknya menandai berakhirnya suasana klub yang telah berlaku di industri perbankan Jepang pascaperang.

        Lucunya, sejak Oktober 2005, ketiga entitas besar itu menjalani bisnisnya secara terpisah. Hingga akhirnya pada Januari 2006, ketiganya digabung menjadi satu kesatuan disebut MUFG Bank. 

        Penggabungan membawa angin segar bagi perusahaan. Pada bulan September 2008, MUFG menandatangani letter of intent dengan Morgan Stanley untuk membentuk aliansi dan membeli 20 persen dari perusahaan Amerika Serikat tersebut. Alhasil, dalam ALB Japan Law Award 2008, MUFG dinobatkan sebagai 

        In-House of the Year, Tim In-House Bank Investasi Jepang Tahun Ini; Kesepakatan Tahun Ini, Kesepakatan Pasar Utang Tahun Ini.

        Pada bulan April 2011, MUFG dan Morgan Stanley menandatangani perjanjian untuk mengkonversi saham preferen konversi MUFG yang beredar di Morgan Stanley menjadi saham Morgan Stanley.

        MUFG kemudian memiliki aset sekitar 2,4 triliun dolar per 2016. Ini menjadikannya salah satu perusahaan utama dari Mitsubishi Group. Predikat lain seperti grup keuangan terbesar di Jepang dan perusahaan induk bank terbesar kedua di dunia yang memiliki deposito sekitar 1,8 triliun dolar (148 triliun yen) per Maret 2011 melekat pada dirinya.

        Untuk itu, dengan lebih dari 180.000 karyawan di lebih dari 50 negara dan wilayah, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc atau MUFG adalah salah satu bank terbesar di dunia berdasarkan aset total dan merupakan salah satu perusahaan utama Mitsubishi Group. Ini adalah salah satu grup keuangan terbesar di Jepang, dan dianggap sebagai salah satu dari 2000 perusahaan publik terbesar di dunia, menurut Forbes.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: