Panggilan mengabdi di tanah kelahiran membuat Kansius K Bunman (47) rela menahan egonya. Meski memiliki pilihan untuk merantau dengan bebas di Pulau Jawa, ia memilih kembali ke Tanah Papua.
Keinginan untuk memajukan tanah kelahiran dan membantu mendorong kesejahteraan masyarakat sekitar menjadi motivasi utama Kansius pulang. Baca Juga: Stafsus Wapres: Program PSR untuk Pengembangan Petani di Papua Barat
Kansius lulus dari salah satu sekolah tinggi di Magelang, Yogyakarta, dengan fokus pada tatalaksana kepelabuhan. Sempat terbersit dalam hatinya untuk fokus mencari nafkah dan ‘berpetualang’ di Pulau Jawa. Kebebasan dan kelengkapan fasilitas di sana telah memikatnya.
Nyatanya, keinginan itu kalah kuat dibandingkan hasrat untuk memajukan tanah kelahiran.
“Kalau bukan kita, siapa lagi yang membangun? Makanya, saya memutuskan untuk kembali ke ibu pertiwi,” tutur Kansius, dalam keterangannya, Jumat (9/4/2021). Baca Juga: Gawat! Dunia Khawatir Gletser di Papua Juga akan Terancam Hilang dari Muka Bumi
Pada 2006, Kansius diajak bekerja di PT Tunas Sawa Erma (TSE), bagian dari TSE Group oleh salah seorang pimpinan perusahaan. Saat itu, ia baru saja lulus dan aktif mencari pekerjaan.
Kansius diundang untuk mengisi posisi asisten manajer personalia yang sedang kosong.
Berbekalkan pengalaman organisasi dan keinginan kuat untuk mengembangkan Tanah Papua, ia pun mencoba melamar. Tak lama, Kansius dinyatakan lolos dan memulai pekerjaannya di tahun yang sama sebagai asisten manajer personalia. Baca Juga: PWI Mendesak Uni Eropa Agar Bersikap Adil Soal Sawit
Tak mudah bagi Kansius untuk memulai kembali kehidupannya di Papua. Ia sudah mulai terbiasa dengan rasa bebas yang biasa didapatkan di Yogyakarta.
“Pulang ke Papua membuat kita merasa seperti ‘katak dalam tempurung’,” ucap Kansius yang kini sudah menjabat sebagai manajer personalia.
Tapi, rasa tersebut perlahan berkurang seiring dengan besarnya tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada Kansius. Sebagai manajer personalia, ia dituntut untuk bisa mengelola sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaannya.
Tantangan terbesar yang dihadapi Kansius adalah betapa beragamnya suku dan latar belakang pekerja di sana. Kondisi ini membuatnya harus melakukan pendekatan yang berbeda-beda, terutama saat harus menyelesaikan suatu permasalahan yang melibatkan banyak orang.
Kansius mengakui, trik pendekatan ini didapatkannya saat aktif mengikuti organisasi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selama di Yogyakarta.
"Banyak yang saya ambil dari luar mata kuliah, termasuk bagaimana manage SDM,” ujarnya.
Tantangan lainnya, komitmen dari para pekerja, terutama untuk Orang Asli Papua (OAP). Menurut Kansius, beberapa di antara mereka memilih keluar tanpa izin dan sebelum waktunya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat perkebunan sawit merupakan industri yang baru di Papua, sehingga masyarakat membutuhkan waktu lebih untuk beradaptasi.
Salah satu cara yang dilakukan TSE Group untuk mengatasi tantangan ini adalah memberikan edukasi. Bekerja sama dengan pemerintah daerah, perusahaan mengadakan kursus untuk membentuk mentalitas pekerja OAP.
“Sosialisasi ini memungkinkan mereka punya rasa memiliki terhadap pekerjaan yang mereka tekuni,” kata Kansius.
Tapi, Kansius menyebutkan, pendekatan yang dilakukan terhadap OAP tidak bersifat memaksa. Perusahaan melakukannya secara bertahap dan menggunakan asas kekeluargaan yang tetap menunjung profesionalitas.
Kansius menekankan, upaya ini tidak semata dilakukan untuk memberikan dampak positif pada perusahaan. Masyarakat setempat juga ikut terbantu karena mereka mendapatkan lapangan pekerjaan dan pendapatan yang tetap.
Ke depannya, ia berharap, TSE Group tetap dapat eksis dan melakukan ekspansi sehingga mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja secara nasional, terutama untuk wilayah Papua.
“Perusahaan harus tetap terjaga sehingga kita semua menjadi terbantu,” ujar Kansius.
Selain melalui TSE, beberapa perusahaan di bawah naungan TSE Group juga aktif menyerap tenaga kerja OAP. Di antaranya, PT Berkat Cipta Abadi (BCA) dan PT Dongin Prabhawa (DP).
Direktur Human Resource dan General Affair (HR-GA) TSE Group Ronny Makal menyebutkan putra-putri asli Papua sudah menduduki berbagai posisi di TSE Group.
“Mulai dari kepala seksi, asisten manajer hingga manajer di lapangan maupun perkantoran,” ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: