Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengejutkan, Laut Bali Juga Pernah Telan Kapal Selam Militer Amerika USS Bullhead

        Mengejutkan, Laut Bali Juga Pernah Telan Kapal Selam Militer Amerika USS Bullhead Kredit Foto: Sindonews
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ada sebuah fakta penting terkait peristiwa kapal selam militer hilang dan tenggelam di Laut Bali. Ternyata KRI Nanggala 402 bukan monster laut pertama yang dinyatakan Dalam Patroli Abadi alias On Eternal Patrol di perairan Bali.

        Berdasarkan informasi resmi yang didapatkan, melansir Viva, Selasa (27/4/2021), dari pusat sejarah militer Amerika Serikat. Jauh sebelum kapal selam Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut itu hilang dan tenggelam di Perairan Bali.

        Baca Juga: Kantor Urusan Islam Malaysia Memohon pada Muslim Laksanakan Salat Gaib untuk Nanggala-402

        Ada salah satu kapal selam AS yang lebih dahulu mengalami peristiwa seperti KRI Nanggala. Hanya saja kapal selam Paman Sam itu hilang dan tenggelam akibat peperangan.

        Kapal selam Amerika Serikat yang mengalami peristiwa hilang dan tenggelam di Perairan Bali ialah Kapal Selam USS Bullhead (SS-332). Dari catatan militer Amerika Serikat, USS Bullhead hilang dan tenggelam pada 76 tahun lalu di perairan sebelah utara lepas pantai Bali.

        Jadi ketika itu kapal selam diesel-listrik kelas Balao baru saja mendapatkan perintah untuk melakukan patroli ketiga bersama dua kapal selam Amerika lainnya di Laut Jawa. Patroli direncanakan akan dilaksanakan mulai 5 September 1945.

        USS Bullhead bertolak dari pangkalan kapal selam Fremantle di Australia Barat pada 31 Juli 1945. Pada 6 Agustus 1945, pangkalan kapal selam Amerika mendapatkan laporan bahwa kapal yang baru setahun diluncurkan itu telah berlayar melewati Selat Lombok.

        Ternyata secara tak diduga, laporan itu merupakan kabar terakhir yang diterima pangkalan kapal selam Amerika dari USS Bullhead. Sebab setelah itu kapal selam 1.500 ton hingga 2.400 ton itu putus komunikasi.

        Pada 12 Agustus 1945, dua kapal selam yang akan berpatroli bareng USS Bullhead berusaha berkomunikasi, sebab kedua kapal selam itu akan tiba pada 13 Agustus 1945 di medan operasi patroli di Laut Jawa.

        Sampai akhirnya pada 15 Agustus 1945, kapal selam tandem patroli USS Bullhead melaporkan tentang hilang kontaknya kapal selam itu ke pangkalan Amerika.

        Angkatan Laut Amerika pun panik dan mencari tahu keberadaan USS Bullhead. Pencarian tak mudah bahkan dua kapal selam Inggris yang berlayar di jalur sama dengan USS Bullhead tidak menjumpainya.

        Akhirnya Amerika menarik kesimpulan bahwa USS Bullhead telah tenggelam akibat serangan dari angkatan perang Kekaisaran Jepang. Amerika mencatat Bullhead telah diserang pesawat pembom Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, Mitsubishi Ki-51 dari Skuadron Chutai Independen 73.

        Hal itu juga sesuai dengan klaim dari Jepang bahwa telah melakukan dua serangan terhadap kapal selam Amerika Serikat di lepas pantai Bali. Bahkan disebutkan akibat serangan itu dalam hitungan menit USS Bullhead tenggelam ditandai dengan munculnya gelembung besar dan tumpahan minyak di lokasi serangan.

        "Ditenggelamkan oleh pesawat Angkatan Darat Jepang (Chutai ke-73) di lepas pantai Bali di Laut Jawa," tulis pusat sejarah Amerika.

        Amerika menduga USS Bullhead dengan mudah diserang Jepang karena posisinya yang sangat deka dengan pantai Bali. Hal itu menyebabkan jangkauan radar USS Bullhead gagal mendeteksi kedatangan pesawat Jepang. USS Bullhead diduga dihajar pakai dua bom seberat 60 kilogram

        Atas hilang dan tenggelamnya USS Bullhead, Amerika menyatakan 84 awak kapal selam itu gugur danĀ  Dalam Patroli Abadi atau On Eternal Patrol.

        Walau baru berusia lebih dari setahun saat hilang dan dinyatakan tenggelam, USS Bullhead digadang-gadang Amerika sebagai monster pembunuh bawah laut. Hal itu didasari rekam jejaknya di dua misi patroli di Perang Dunia II sebelumnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: