Perencanaan Hari Tua yang Matang Agar Tenang Jalani Hidup bagi Generasi Sandwich
Generasi “sandwich” menjadi istilah yang baru-baru ini banyak diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia, yang kental dengan kultur Asia. Istilah ini merefleksikan sebagian orang yang terhimpit dengan tanggung jawab terhadap generasi di atas mereka–yakni orang tua mereka, dan generasi di bawahnya seperti saudara kandung, anak, maupun pasangan dan diri mereka sendiri, baik secara ekonomi, waktu, tenaga, dan perhatian.
“Generasi sandwich terjadi karena ada orang tua yang tidak siap secara keuangan untuk membiayai pengeluaran bulanan di saat pensiun, sehingga membutuhkan bantuan anak untuk membiayai pengeluaran,” jelas Melvin Mumpuni, Perencana Keuangan Profesional dan Founder Finansialku.com.
Saat ini, menjadi bagian dari generasi sandwich pun sudah dianggap hal yang lazim di masyarakat. Padahal, kondisi itu dapat mempengaruhi kualitas hidup serta menjadi mata rantai yang sulit terputus. Generasi ini seringkali tercipta karena generasi sebelumnya juga terbebani sebagai generasi sandwich, mengingat mereka pun bertanggung jawab atas orang tua dan anak mereka.
Baca Juga: Allianz Life Indonesia Sediakan Pos Pelayanan Vaksinasi Covid-19 Gratis untuk Lansia
Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengungkapkan bahwa generasi sandwich lebih rentan untuk mengalami stres karena memiliki tanggung jawab yang cukup besar.
“Peran multi yang dijalani oleh generasi sandwich membuat mereka rentan stres karena banyaknya tekanan, antara lain masalah keuangan, kesehatan, pendidikan, dan tuntutan rumah tangga lainnya. Selain itu juga karena terbatasnya waktu dan banyaknya tugas yang harus mereka penuhi. Generasi ini kemudian cenderung mengabaikan masalah self-care bagi diri mereka sendiri,” jelas Vera.
Kentalnya kultur kekeluargaan yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktor terbentuknya generasi sandwich. Anak dituntut untuk merawat dan membiayai orangtuanya saat sudah memasuki hari tua sebagai bentuk tanda bakti. Survei Ekonomi Nasional 2017 mengungkap sebanyak 62,64% kaum lanjut usia di Indonesia tinggal bersama anak dan cucunya.
Perencanaan finansial yang kurang matang pun dapat berujung pada terbentuknya generasi sandwich. Hal ini juga bisa terjadi karena masih sedikit masyarakat Indonesia yang menyadari bahwa perencanaan keuangan yang matang untuk masa kini dan masa depan adalah suatu hal penting untuk menjamin kehidupan di hari tua.
“Satu-satunya cara memutus rantai generasi sandwich adalah dengan mulai merencanakan dana pensiun dan mulai berinvestasi. Penting untuk menanamkan kesadaran dan kedisiplinan menabung sebagai persiapan masa pensiun sejak dini. Anda juga harus memikirkan kapan Anda akan pensiun, berapa pengeluaran bulanan saat pensiun serta berapa perkiraan hasil keuntungan di saat Anda pensiun,” tambah Melvin Mumpuni.
Dengan perencanaan finansial yang matang akan membawa kita kepada kebebasan finansial. Menurut Dosen dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof Dr Budi Frensidy mengatakan, "ada hal yang perlu dipikirkan dan dibedakan seiring dengan kebebasan finansial, yakni istilah kaya dan makmur. Orang kaya belum tentu makmur kalau hidupnya besar pasak daripada tiang, mencapai kebebasan finansial itulah kemakmuran. Di sinilah pentingnya orang memiliki financial literacy atau melek finansial.”
Tidak dapat dipungkiri bahwa kecerdasan finansial menjadi langkah utama untuk memutus rantai generasi sandwich. Dana pensiun dapat menjadi salah satu opsi terbaik bagi kita untuk tidak lagi bergantung kepada generasi berikutnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan setidaknya terdapat tiga manfaat dana pensiun. Pertama, menghindari jebakan generasi sandwich karena dengan mempersiapkan dana kebutuhan sejak dini, di masa tua tidak akan merepotkan anak maupun anggota keluarga lain.
Kedua, dana pensiun dapat menjadi bekal untuk menjalani masa pensiun karena pada usia tua pengeluaran akan lebih banyak dibandingkan dengan penghasilan. Lalu yang terakhir, dana pensiun dapat digunakan sebagai modal usaha karena setelah tidak bekerja dan memasuki masa pensiun, banyak orang mencoba mendapatkan penghasilan dari berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baca Juga: Dukung Pelaku Jasa Keuangan Hadapi Tantangan Pasar, MDRT Bakal Gelar Temu Virtual dalam 15 Bahasa
Terdapat dua jenis dana pensiun, yakni Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Masyarakat umum, baik karyawan maupun pekerja mandiri, dapat mendaftarkan diri ke DPLK dan membayar iuran setiap bulannya untuk kemudian mencairkan uang pensiun sesuai iuran beserta pengembangannya. Dilansir dari data yang dirilis oleh OJK, dari 75 juta tenaga kerja di Indonesia, hanya 5,93% atau 4,4 juta orang yang terdaftar sebagai peserta Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
"Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan dana hari tua. Beberapa di antaranya yang paling umum adalah menabung di bank, disalurkan untuk investasi maupun program DPLK. Dibandingkan dengan menabung di bank dan berinvestasi, DPLK merupakan “kendaraan” yang paling pas digunakan pekerja atau pengusaha untuk mempersiapkan ketersediaan dana di masa pensiun. Di samping bisa menjadi solusi keuangan bagi pensiunan atau ahli warisnya. Ketersediaan dana yang memadai saat pensiun secara berkesinambungan selama masa pensiun, tentu bermanfaat untuk membiayai hidup di hari tua saat sudah tidak memiliki penghasilan dan mampu mempertahankan gaya hidup seperti saat masih bekerja. Tidak hanya itu, Iuran DPLK yang disetor menjadi pengurang pajak penghasilan (PPh21) dan hasil investasi di DPLK pun bebas pajak serta dikelola secara professional dan transparan," ungkap Yoppy Indradi Setiabudi, Head of Group Pension & Credit Life Operation Allianz Life Indonesia.
Kebutuhan dana pensiun setiap orang tentunya berbeda. Oleh karena itu, penting untuk menghitung dan memperkirakan kebutuhan saat pensiun nanti. Yoppy mengatakan, “untuk menghitung dana pensiun, mulailah dengan menghitung pengeluaran rutin Anda setiap bulan dan kemudian tetapkan jangka waktu. Usia pensiun rata-rata yang berlaku di Indonesia ialah 55 tahun dengan angka harapan hidup orang Indonesia yang mencapai 70-75 tahun. Artinya, Anda perlu memenuhi kebutuhan hidup selama masa pensiun 15-20 tahun sebelum tutup usia.”
Terdapat skema sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung dana pensiun, yakni dengan mengalikan pengeluaran tahunan dengan angka 25. Apabila pengeluaran tahunan Anda adalah Rp100 juta, maka dana pensiun yang dibutuhkan adalah Rp100 juta dikali 25, yakni Rp2,5 miliar.
Angka ini merupakan dana pensiun yang dibutuhkan selama 25 tahun setelah pensiun dimulai. Selain menggunakan perhitungan di atas, Anda juga bisa menggunakan kalkulator pensiunan dari Allianz dengan mengunjungi laman ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti