Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        UAH: Ada Kubu Ekstrem Kiri dan Kanan, Yang Paling Strategis Dibenturkan Itu Nilai Keislaman

        UAH: Ada Kubu Ekstrem Kiri dan Kanan, Yang Paling Strategis Dibenturkan Itu Nilai Keislaman Kredit Foto: Screenshot IG @adihidayatofficial
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ustad Adi Hidayat (UAH) menjelaskan ada empat jenis klasifikasi umat saat ini, yaitu umat yang berpikir, umat yang salah berpikir, umat yang tidak berpikir, dan umat yang menjadi pikiran. Dia menyampaikan golongan yang tidak berpikir berpotensi menimbulkan pertentangan.

        "Golongan yang tidak berpikir, punya akal tapi tidak digunakan. Ada juga mungkin dari kalangan awam, yang hanya menerima fatwa, tidak menerima pendapat. Ini nyata," tukasnya dalam acara halal bihalal virtual Jaringan Alumni Timur Tengah Indonesia (Jatti), Sabtu (19/6/2021).

        Baca Juga: Anak Buah Prabowo Pesimistis Jokowi Bakal Menang di Pilpres 2024

        Lebih lanjut dia menjelaskan zaman dulu nabi membuat sebuah konsepsi untuk menarik kurva antara kedua kubu menjadi landai. Saat itu, kedua kubu ditarik ke tengah dengan membuat Piagam Madinah yang akhirnya membuat situasi di Madinah menjadi lebih baik. Kemudian, menurutnya, konsep itu diterapkan para pejuang kemerdekaan Indonesia terhadap Pancasila yang kini menjadi dasar politik Indonesia. 

        "Kekinian, saya kira suasana itu terjadi. Ada ekstrem kiri dan kanan, lalu yang paling strategis untuk dibenturkan adalah nilai-nilai keislaman," tuturnya.

        UAH menilai, dalam situasi tersebut negara harus berada di tengah untuk menarik kedua kutub sehingga kurvanya melandai.

        "Yang bahaya ketika ditarik ke salah satunya dan dibenturkan ke yang lainnya. Sehingga terjadi pertentangan antara negara dengan umat Islam atau dengan konteks yang lebih luas lagi," ujarnya.

        Dia menutup pandangannya terkait golongan yang tidak berpikir dengan menyarankan Jatti memberikan peran dalam situasi tersebut.

        "Di sini saya kira peran strategis Jatti untuk mengembalikan nilai-nilai kebaikan sehingga kurva menjadi landai," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: